SAYA sedang diliputi kebahagiaan, cinta, dan kelembutan ... Tepat setelah ia dicuci, aku mengamatinya dengan tangan saya: Kepalanya sedikit berbulu halus, hidung kecilnya, segala sesuatu pada tubuh kecil" – Andrea Bocelli
Apa yang dirasakan Andrea Bocelli, penyanyi asal Itali di atas pasti dirasakan pula oleh Moms and Dads. Bahkan, meski Andrea tidak bisa melihat langsung saat buah cintanya lahir, dia tetap bisa merasakan, mencurahkan kasih sayangnya, dan yang pasti dapat berinteraksi dengan si kecil laiknya seorang ayah.
Ya, bayi baru lahir memang 'belum' bisa melakukan apa-apa. Namun, bukan berarti
si kecil belum bisa dirangsang kecerdasannya! Karena kenyataannya, bayi yang notabene hanya berkomunikasi melalui tangisan ini sudah mampu bahkan peka terhadap lingkungan di sekitarnya. Nah, untuk mengasah kemampuannya dalam merespons segala hal - termasuk kecerdasannya -, Moms dapat memberikan stimulasi sedari dini.
Pentingnya Stimulasi Dini
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir. Namun alangkah baiknya jika stimulasi ini diberikan sejak janin berusia 6 bulan dalam kandungan. Misal, saat bayi Anda masih berada dalam rahim, Moms mendengarkan musik klasik atau mengelus perut Moms sambil mengajak calon anak Anda berbicara dengan suara lembut.
Begitu bayi tercinta Moms lahir, stimulasi yang biasa Anda lakukan pada masa kehamilan dapat dilanjutkan dan dilakukan setiap hari, terus menerus untuk merangsang pancaindranya - indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, serta pengecap.
Rangsang pula gerak kasar dan halus pada kaki, tangan dan jari-jari si kecil termasuk dengan mengajaknya berkomunikasi sesering mungkin. Pun merangsang perasaan dan pikiran bayi untuk senantiasa senang, riang dan merasa nyaman saat dekat dengan orangtuanya.
Rangsangan yang dilakukan secara terus menerus, dan bervariasi dengan suasana bermain serta penuh kasih sayang akan memacu berbagai kecerdasan anak (kecerdasan multiple) seperti; logika-matematika, emosi, komunikasi bahasa (linguistik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visio-spasial, seni rupa dan kecerdasan lainnya. Perkembangan otak kanan dan kiri si kecil pun akan seimbang, seperti dikutip dari Tabloid Mom & Kiddie.
Selain itu, semakin sering Moms memberikan stimulasi untuk si kecil maka semakin banyak pula sinaps atau sambungan sel- sel saraf di dalam otaknya akan semakin kuat. Alhasil bayi Anda akan semakin pintar dan cerdas. Sebaliknya, kurang stimualsi akan memperlambat sambungan sinaps, yang akan menyebabkan lambatnya perkembangan si kecil. Tak hanya membuat sang bayi semakin cerdas, hubungan Moms dengan si kecil juga akan semakin kuat dan dekat.
Cara Stimulasi
Ingat Moms, jangan sembarang menstimulasi si kecil. Stimulasi yang paling awal dilakukan untuk bayi adalah menempatkannya di ruangan terbuka. Hal ini bertujuan, agar si kecil bisa melihat sekelilingnya dan otak bayi mendapat rangsangan dari semua indranya. Mulai dari suara, warna-warna di sekitarnya, juga sentuhan dari orang-orang yang berada di sekitarnya atau saat mengajaknya bicara meski Anda tahu si bayi belum bisa mencerna dengan baik.
Bayi yang sejak awal telah mendapatkan rangsangan melalui pendengaran bunyi bahasa bisa merangsang perkembangan pusat bahasa dalam otaknya. Oleh karenanya, stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi Anda. Misal, saat memandikan, mengganti popok, saat menyusui, menggendong, mengajaknya jalan-jalan, bermain, menonton televisi, dalam kendaraan, bahkan saat menjelang si kecil tidur. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.