KORBAN virus Mers CoV bertambah. Bahkan, menurut data World Health Organization (WHO), sejak pertama kali ditemukan 2012 lalu, virus ini sudah menginfeksi 536 orang di seluruh dunia.
Menanggapi peningkatan kasus infeksi virus MERS CoV, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga, menyebutkan dua hipotesis penyebabnya. Menurut Prof Tjandra, hipotesis pertama adalah tidak adanya perubahan dari pola penularan dan transmisibilitas virus. Peningkatan semata terjadi karena adanya dua Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi nosokomial (healthcare associated infections/HAIs) di rumah sakit yang melibatkan banyak petugas kesehatan akibat tindakan pengendalian infeksi yang lemah. Selain itu, adanya screening dan penelusuran kontak yang intensif dengan pasien.
"Pendapat ini didukung dengan beberapa temuan yang merupakan gambaran klinis pasien, serupa dengan hasil observasi sebelumnya. Untuk kasus sekunder cenderung lebih ringan dari kasus primer atau asimptomatik, sedangkan hanya terdapat dua kasus yang bisa dicurigai kasus tersier, yakni kasus terinfeksi yang ada di luar Timur Tengah tidak menular lebih luas," katanya, dalam keterangan tertulis, Jumat (16/5/2014).
Selain itu, tambah dia, hasil screening kontak kasus hanya menemukan sedikit sekali transmisi di rumah tangga. Juga, tidak adanya peningkatan pada ukuran maupun jumlah dari klaster keluarga atau komunitas yang ditemui.
Hipotesis kedua yakni adanya peningkatan transmisibilitas dari virus dan menyebabkan lebih mudah menular dari manusia ke manusia. Hal tersebut didasarkan adanya lonjakan kasus dan surveilans saat ini yang tidak dapat menangkap kasus-kasus ringan di masyarakat.
"Sampai dengan saat ini, informasi yang ada belum dapat menghilangkan kemungkinan dari hipotesis kedua ini," ujarnya.
(ftr)
