Yogyakarta, Mengurangi jumlah perokok bukan cuma tanggung jawab pemerintah atau kalangan medis saja. Mereka yang masih muda pun tak perlu ragu untuk ikut ambil andil. Contohnya seperti yang dilakukan para kawula muda yang tergabung dalam gerakan antirokok Global Cigarette Movement '9cm'.
"Berbicara tentang peperangan dengan rokok, enggak bisa kalau kita sendiri. Karena yang kita lawan itu industri rokok yang sangat besar," ujar Nisa Salsabila Shafarudin, ketua 9cm regional Yogyakarta, ketika ditemui detikHealth di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Oleh karena itu, kata Nisa, mahasiswa yang peduli terhadap pengentasan konsumsi rokok sebaiknya tak bergerak sendirian dan harus mencari rekan sepemikiran. Karena jika dinaungi wadah organisasi yang sama, akan lebih mudah untuk memantau perkembangan yang terjadi sekaligus melakukan usaha bersama.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan tak harus muluk-muluk. Menyosialisasikan bahaya rokok pada masyarakat serta pelajar, misalnya. Atau dengan mengajak perokok untuk mematikan rokok ketika berada di tempat umum.
Langkah-langkah tersebut juga telah diterapkan di 9cm. Ia menuturkan, untuk mengajak orang lain mematikan rokok, anggota 9cm biasanya akan menawarkan 'hadiah' pengganti berupa susu, coklat, buah, maupun permen. Pemberian substitusi karena telah bersedia mematikan rokok itu dilakukan agar perokok tak merasa dongkol lantaran diminta berhenti, serta untuk menimbulkan simpati.
"Kalaupun saat menjadi mahasiswa belum bisa berbuat banyak, baru melakukan penyuluhan atau aksi ke DPR, kalaupun hanya sebatas itu, setidaknya ketika sudah menjadi pejabat publik akan bisa lebih concern lagi," pungkasnya, seperti ditulis pada Senin (26/5/2014).
(up/up)