Pages

Senin, 19 Mei 2014

Sindikasi health.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal Health 
Compare Hotels

Find great prices for amazing hotels wherever your next destination may be. It's simple to search 100+ sites at once!
From our sponsors
Terbanyak Zat Pengawet, Mi Instan atau Bumbunya?
May 19th 2014, 13:00

DALAM isi kepala Anda tentu sudah tertanam bahwa kita tak boleh mengonsumsi mi instan terlalu sering. Masyarakat banyak yang menganggap efek zat pengawet dalam bumbu mi instan bisa mendatangkan beberapa masalah kesehatan jika dikonsumsi terlalu sering. Sebut saja, pencernaan tak baik, memicu kegemukan, mudah letih, atau pusing karena kekurangan gizi dan lain-lain.
 
Nyatanya, memang mi instan bisa memengaruhi kesehatan jika dikonsumsi terlalu berlebihan. Hal itu sendiri akibat zat pengawet, dan komposisinya yang cenderung mengandung karbohidrat. Meski begitu, tahukah Anda bagian yang terbanyak zat pengawetnya dalam mi instan, apakah mi itu sendiri atau bumbunya?
 
"Menurut saya, bagian yang mengandung zat pengawet terbesar ada pada mi dibandingkan bumbunya, yang kita sudah kenal mengandung MSG (monosodium glutamate-red) yang didalamnya ada garamnya. Soalnya, mi instan sendiri, setahu saya, sudah mengandung banyak garam, yang bikin mi instan terasa tasty. Makanya, makan mi instan tidak rebus pun sudah enak kan?," kata Dr. dr. Inge Permadi MS, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Klinik saat dihubung Okezone, baru-baru ini.
 
Opini masyarakat menganggap bahwa zat pengawet atau MSG bisa memicu kanker, typhus, dan lain-lain akibat mengonsumsi mi instan. Dr Inge menuturkan, sebenarnya MSG tidak memicu kanker dan selamanya membahayakan. Menurutnya, produsen mi instan tentu harus mengikuti standar aman yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
 
Berbagai keluhan kesehatan mungkin muncul saat mengonsumsi mi instan terlalu sering. Pasalnya, mi instan cenderung mengandung tinggi karbohidrat dan kurang kandungan protein. Jadi, tandas Dr Inge, jika seseorang mengonsumsi mi instan terlalu sering atau malah menjadi menu makan hariannya, mereka akan cenderung kekurangan gizi. Dan, kondisi inilah yang akhirnya memicu datangnya penyakit.
 
"Kalau menjalankan pola makan jelek (tidak sehat-red), ditambah mereka sudah punya 'bakat' kanker, ya bisa saja mengaktifkan sel-sel kanker dalam tubuhnya. Kan logikanya menjalani makan tidak sehat akan mendatangkan yang tidak sehat pula. Persis, jika Anda sehat tapi sering dikelilingi teman perokok, pasti Anda berisiko terkena kanker paru-paru," terangnya.
(ftr)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions