Hong Kong, Hong Kong sempat menjadi buah bibir dunia karena munculnya wabah SARS di tahun 2003. Namun jumlah pasien SARS menurun dan wabah ini seperti hilang ditelan bumi. Berhasil 'taklukkan' SARS, peneliti dari Hong Kong dan Tiongkok pun mencoba menangkal MERS.
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pertama kali dilaporkan menginfeksi manusia pada bulan September 2012. Dan sejak saat itu, MERS telah menjatuhkan lebih dari 100 korban.
"Kendati begitu, ini belum menimbulkan kekhawatiran global seperti halnya SARS. Bukan saja karena pemahaman kita terhadap MERS sebagai penyakit yang lambat berevolusi, tapi kita juga bisa melihat ada perbedaan antara MERS dengan SARS," tandas Marc Sprenger, direktur European Centre for Disease Control (ECDC) seperti dikutip dari CNN, Jumat (9/5/2014).
Perbedaan yang dimaksud bisa jadi aspek terpenting dari MERS yaitu sindrom ini lebih lambat menyebar bila dibandingkan dengan SARS karena tidak ditemukan kasus penularan dari manusia ke manusia.
"Kesamaannya, baik SARS maupun MERS disebabkan virus yang bersifat zoonotik (bisa berpindah dari tubuh hewan ke manusia). MERS sendiri tampaknya berubah menjadi virus zoonotik karena berulangkali berinteraksi dengan komunitas manusia," sambungnya.
Sejauh ini satu-satunya hewan yang dituding menyebarkan virus MERS atau coronavirus adalah unta berpunuk satu. Padahal berdekatan dengan unta, mengonsumsi daging unta atau meminum susu unta merupakan hal yang sangat wajar dilakukan di Saudi Arabia.
Kemudian penyebaran MERS tak lagi dibatasi oleh faktor geografis. Dari yang semula hanya menyebar di Timur Tengah, orang-orang yang baru saja mengunjungi Saudi Arabia 'membawa serta' virus korona di tubuhnya dan pulang dalam keadaan sekarat ke negara asalnya.Next
(
lil/vit)