MELALUI ide yang kreatif, fashion gaya tahun 1990-an dibawa kembali menjadi inspirasi para desainer, yakni fashion slogans yang menyuarakan pesan khusus, seperti kampanye perubahan iklim, kalimat bijak, dan slogan muncul lagi dengan berbagai eksplorasi.
Tren dari gaya street style ikut memengaruhi fashion slogan terangkat. Kemudian akhirnya deretan huruf yang tercetak tak hanya menjadi pesan yang membisikkan berbagai kata bijak. "Sejak fashion slogans muncul lagi, bentuknya sarat dengan lebih banyak tipografi," sebut Calgary Avansino, kontributor editor Vogue.co.uk.
Para desainer dan merek kenamaan menggali lebih jauh dan menambahkan elemen yang lebih ekspresif untuk koleksi mereka. Di antaranya Louis Vuitton, Dior, Alexander Wang, Kenzo, Ashish, dan DKNY yang mengangkat kembali fashion slogans sebagai tren. Dari kolaborasi dengan Coca-Cola, Ashish dan Kenzo berada di barisan depan untuk fashion slogans yang lebih bertele-tele.
Mengenakan rok pensil dengan motif cetakan dan fashion slogans untuk atasannya, jins usang membuat orang-orang fokus pada deretan kata-kata yang tercetak di baju. Sweter dan rompi juga dibawa kembali menjadi tren. Koleksinya terkesan elektrik dengan manik-manik yang ditempatkan pada sweter bergaya grunge. T-shirt berslogan juga dipasangkan pada denim yang robek.
"Koleksi ini akhirnya berkembang menjadi fantasi, seperti petualangan," kata Ashish.
Fashion slogans juga pernah dibawa Louis Vuitton ketika Edie Campbell berjalan di atas catwalk dengan baju berlogo grafiti yang membungkus seluruh tubuhnya, sebelum akhirnya Marc Jacobs tidak lagi berada di balik merek itu. Kemudian label DKNY berbasis di Amerika yang tengah sibuk membuat sesuatu yang kontemporer dan pakaian olahraga. Selama 25 tahun keberadaannya, DKNY memiliki cara unik untuk membuat pesan pada fashion logo berupa gaun scuba ketat, getaran utilitas, dan banyak logo DKNY.
Pengalaman di label Balenciaga telah membuat Alexander Wang berubah. Cara imajinatif dengan kemeja dasar yang pernah dibentuk menjadi tren besar di New York. Koleksinya hadir dalam potongan dan kerah sopan yang dipadankan dengan celana boxer. Sementara, warnanya tidak terlalu jauh tersesat dari abuabu, hitam, dan putih beraksen merah muda dan biru. Semuanya terasa menyegarkan tapi tajam.
"Saya sedang berpikiran tentang dualitas, bersamaan dengan maskulinitas dan kesesatan bermain dalam feminitas dan kepolosan, saya ingin membuatnya secara cerdas," ucap Wang.
Wang memang telah lama dikenal cerdas secara komersial dan sekarang dia menuangkan idenya dalam berbagai samaran. Dengan fashion slogans di beberapa busananya, para wanita pasti akan bersaing untuk mendapatkan koleksinya itu. Rok lipit dengan mantel, gaun dengan ikat pinggang, kemudian semua potongan busana yang pasti dibutuhkan.
Sementara itu, Christoper Kane membuat motif bunganya sebagai slogan. Ada ide-ide yang tak terhitung jumlahnya dari Kane yang berperan di sini. Seperti setelan rok brokat keperakan, rok midi hitam, dan setelan celana yang disesuaikan dengan grafis berwarna kulit perak, termasuk berbagai efek semprot cat, t-shirt dan gaun lengkap dengan hologram.
Desainer Humberto Leon dan Carol Lim yang berada di balik label Kenzo kembali mendefinisikan gagasan tentang sesuatu yang keren pada koleksinya. Hampir seratus persen koleksinya merupakan must have item. Para model di catwalk Kenzo mengenakan jaket yang dengan siluet dan kombinasi pemikiran pada tahun 1990-an.
Kenzo juga telah mengembangkan identitasnya sendiri dalam fashion slogans, pakaian yang menyenangkan dan orang-orang pasti ingin memakainya. Kenzo paling tidak karena memiliki bintang street style pada musim ini, tetapi labelnya tetap eksis dengan t-shirt yang menampilkan slogan-slogan statistik, seperti "No Fish".
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
