Jakarta, Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat membuat angka penderita penyakit jantung di Indonesia terus meningkat. Meski begitu, ketersediaan dokter spesialis bedah jantung dinilai masih sangat kurang.
"Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa, Indonesia masih butuh 200 dokter bedah jantung lagi," kata dr Maizul Anwar, Ketua Perhimpunan Bedah Thoraks dan Kardiovaskular Indonesia, ditemui dalam peresmian Cardiac Hybrid Operating Suite RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA) di Banda Aceh, seperti ditulis pada Kamis (27/2/2014).
Dikatakan oleh dr Maizul, jumlah dokter bedah jantung saat ini baru tersedia sebanyak 90 orang. Jumlah tersebut dirasa masih sangat kurang, mengingat penyakit jantung kasusnya terus meningkat.
Di RSUDZA sendiri, tiap bulan diperkirakan ada 60 layanan operasi pemasangan ring jantung, 40 operasi bedah jantung, serta 30 kasus kelainan jantung bawaan pada anak yang membutuhkan operasi. Selama ini, kasus-kasus seperti itu kerap kali harus dirujuk ke Jakarta.
Secara umum, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penyakit jantung dan pembuluh darah sebagai pembunuh nomor 1 di Indonesia. Angka kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 243.048 kasus atau 17,05 persen dari jumlah kematian di seluruh Indonesia.
Menurut dr Maizul, terus meningkatnya jumlah kasus penyakit jantung dan pembuluh darah antara lain dipicu oleh gaya hidup tidak sehat misalnya kurang olah raga. Pola makan tidak sehat seperti banyak makan makanan berleman dan berminyak juga memicu peningkatan risiko.
"Pencegahan itu efeknya jangka panjang. Kita ubah pola hidup sekarang, efeknya baru bisa dirasakan 20-30 tahun ke depan," tambah dr Maizul.
Tak kalah pentingnya, dr Maizul juga mengingatkan bahwa rokok adalah salah satu penyebab meningkatnya risiko penyakit jantung. Faktor risiko ini bisa dihilangkan atau dikurangi, salah satunya dengan berhenti merokok.
(up/vit)