Liputan6.com, Jakarta Kondisi pertumbuhan anak-anak Indonesia berhubungan erat dengan pola asupan yang diterapkan masyarakat itu sendiri. Dari hasil South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) pada tahun 2012 oleh Royal Friesland Campina, diketahui pola makan anak-anak Indonesia. Seperti apakah?
Ketua SEANUTS, Sandjaja MPH Dr.PH mengatakan, dari hasil yang dilakukan pada tahun 2011, diketahui asupan karbohidrat masih mendominasi anak-anak di sini. Mulai dari nasi sampai mie. Sedangkan asupan proteinnya, masih di urutan bawah.
"Makan nasi sehari dua kali, sedangkan mie (baik instan atau mi telor) sekali dalam sehari. Barulah diikuti dengan daging ayam, daging merah, telur, tahu dan tempe," kata Sandjaja dalam diskusi bertema `Nutrisi Terjangkau Untuk Membantu Penanganan Masalah Gizi Kurang Untuk Anak Usia Sekolah` di Audiotorium Frisian Flag, Ciracas, Jawa Barat, Rabu (26/2/2014)
Dilihat dari presentase yang ada, pola makan ini terjadi tidak hanya di kota, melainkan juga pada anak-anak yang hidup desa. Hanya saja, untuk asupan protein, anak-anak di desa masih kurang banyak ketimbang anak di kota.
"Presentase asupan daging ayam di kota sekitar 74,7 persen dan daging merah sekitar 61,3 persen. Sedangkan di desa, di bawah itu," kata Sandjaja menambahkan.
Maka itu, dari data yang ada menunjukan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan besar mengenai pemenuhan gizi seimbang bagi pertumbuhan anak, terlebih bagi anak-anak usia sekolah.
(Melly Febrida)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.