Jakarta, Lebam dan memar yang muncul ketika bangun tidur sering dikatakan hasil dari 'dijilat setan'. Padahal menurut dokter, hal itu biasanya terjadi karena pecahnya pembuluh darah di tubuh. Lalu bagaimana bisa pembuluh darah tersebut pecah?
dr Ronald Hukom SpPD, KHOM, menjelaskan bahwa posisi tidur juga berpengaruh terhadap munculnya lebam dan memar pada tubuh seseorang. Jika seseorang tidak tidur dengan posisi yang baik, bisa saja ada pembuluh darah yang tertekan hingga pecah.
"Jadi lebam dan memar tersebut bisa saja muncul karena pembuluh darah pecah akibat pressure di satu sisi. Misalnya posisi tidurnya kurang baik, hanya miring ke satu sisi, pembuluh darah di sisi tersebut akan tertekan dan akhirnya pecah," ungkap dr Ronald kepada detikHealth, dan ditulis pada Senin (28/4/2014).
Hal senada juga diungkapkan oleh pakar tidur dr Andreas Prasadja, RPSGT. Menurutnya posisi tidur yang kurang baik memang dapat menyebabkan terjadinya lebam dan memar pada tangan, kaki, atau paha seseorang.
"Ya memang posisi tidur berpengaruh. Misalnya posisi tidurnya kurang baik sehingga pembuluh darahnya tertekan. Atau tidurnya gerak-gerak sehingga tanpa sadar terbentur ketika tidur," ujar pria yang akrab disapa dr Ade itu kepada detikHealth, Jumat (25/4/2014).
Tak hanya ketika tidur, benturan pun dapat terjadi ketika seseorang dalam keadaan terjaga. Menurut dr Ade, kemungkinan besar memang beberapa orang mengalami benturan ketika beraktivitas, namun baru menyadarinya ketika bangun tidur keesokan harinya.
"Sering juga orang-orang mengalami benturannya ketika sedang terjaga, sedang beraktivitas. Tapi tidak disadari, ketika bangun tidur keesokan harinya baru sadar bahwa di tangannya ada lebam dan memar," sambung dokter yang praktik di RS Mitra Kemayoran tersebut.
Lalu bagaimana jika memang bukan hal-hal tersebut penyebabnya? dr Ronald mengatakan bahwa selain posisi tidur ada faktor-faktor lain yang memang dapat menyebabkan memar dan lebam pada seseorang.
"Bisa karena pembuluh darahnya yang sudah tipis, kekurangan trombosit, atau ada kelainan pada plasma (cairan) darahnya sehingga pembekuannya terganggu," tutur dokter yang praktik di RS Kanker Dharmais tersebut.
(vit/vit)