Dua pria mencari logam di dasar sungai di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (17/5). Angka kemiskinan nasional pada 2009 berkisar 12-13,5 % atau lebih rendah dari 2008 yang mencapai 15,4 %. Tempo/Panca Syurkani
TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun tinggal di negara kaya, nyatanya seseorang justru lebih berisiko terkena stres dibandingkan dengan orang yang tinggal di negara miskin. Emosi negatif cenderung lebih tampak pada orang yang tinggal di negara yang makmur.
"Hidup (di negara makmur) lebih cepat dan ada banyak hal yang harus Anda lakukan," kata Louis Tay, asisten profesor psikologi di Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat, seperti dikutip Live Science, Senin, 28 April 2014.
Dalam studi ini, Tay dan rekan-rekannya memeriksa data pendapatan dari hampir 840 ribu orang di 158 negara. Mereka juga diminta melaporkan bagaimana kepuasan hidup mereka dan apakah mereka mengalami berbagai perasaan, seperti khawatir, sedih, atau marah.
Memang, orang yang tinggal di negara kaya cenderung lebih puas dengan pendapatan mereka. Namun, mereka cenderung lebih cemas dan stres karena banyaknya pilihan. Tay menuturkan, membuat pilihan terbaik, bagi orang-orang di negara makmur, akan memicu peningkatan stres.
"Orang yang tinggal di negara makmur cenderung memiliki lebih banyak pilihan dan tuntutan jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di negara miskin dengan ritme hidup yang lebih lambat dan tuntutan yang lebih sedikit," ujar Tay. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science edisi 22 April 2014.
ANINGTIAS JATMIKA | LIVE SCIENCE
Terpopuler
Yang Harus Anda Lakukan pada Usia 30 Tahun
4 Manfaat Teh yang Jarang Anda Ketahui
Mudah Marah Saat Lapar? Atasi dengan Cara Ini!