Jakarta, Tak seperti vagina, anus atau dubur memang tidak dipersiapkan untuk berhubungan seksual. Akibatnya, kebiasaan melakukan seks anal bisa menimbulkan bahaya kesehatan, mulai dari infeksi hingga kanker anus.
"Kasus sodomi pada anak berulang kembali. Korban sodomi selain akan mengalami guncangan psikis, kondisi fisik, juga akan berisiko terjadinya berbagai penyakit. Saya coba menguraikan sedikit apa dampak anal sex pada saluran cerna bawah seseorang," jelas Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dalam keterangan tertulisnya kepada detikHealth, seperti ditulis pada Senin (21/4/2014).
dr Ari menjelaskan, anus atau dubur memang tidak dipersiapkan untuk menerima masuknya benda asing dari luar. Anus berperan sebagai tempat lewatnya feses atau kotoran, sehingga jelas bahwa anus bisa menjadi sumber infeksi.
Selain itu, karena anus atau dubur tidak siap untuk menerima masuknya benda dari luar, maka jika masuknya benda tersebut dilakukan secara dipaksa dan tanpa diberikan lubricant (pelumas), maka akan menyebabkan dinding anus dan bagian poros usus (rektum) rentan untuk luka.
Kondisi luka tersebut akan memudahkan tertularnya berbagai infeksi dari partner yang melakukan seks anal. Risiko terjadi luka akan bertambah banyak jika proses seks anak dilakukan secara dipaksa.
"Berbagai penyakit infeksi karena hubungan seksual (sexually transmitted disease/STD) mudah ditularkan melalui hubungan anal sex ini. Berbagai penyakit STD tersebut antara lain HIV, herpez simplex, hepatitis B, hepatitis C dan human papiloma virus (HPV). Selain itu, infeksi bakteri yang bisa terjadi antara lain gonorea, khlamidia, syphilis dan shigelosis," papar dokter kelahiran Jakarta, 19 Juni 1966 ini.
Pasien dengan infeksi bakteri bisa saja mengalami diare yang berdarah dan berlendir, mengalami luka-luka terinfeksi, bahkan timbul bisul dan radang di seputar dubur dan poros usus (rektum). Timbul nyeri dan nyeri bertambah saat buang air besar.Next
(
mer/vta)