MENGALAMI gangguan pendengaran memiliki dampak yang besar, terutama kesulitan bersosialisasi. Tidak hanya kesulitan dalam berkomunikasi, tapi juga gangguan pendengaran bisa memengaruhi mental seseorang. Apa pasal?
Menurut penelitian baru, gangguan pendengaran berhubungan dengan depresi di kalangan orang dewasa. Risiko terbesar terutama bagi perempuan yang lebih muda di bawah 70 tahun.
Dalam studi ini menemukan bahwa ketika pendengaran menurun, persentase orang dewasa yang depresi menjadi meningkat, yaitu 5 persen tidak mengalami gangguan pendengaran dan 11 persen mengalaminya.
Penulis studi, Dr Chuan-Ming Li dari US National Institute on Deafness and Other Communication Disorders mengatakan bahwa mereka menemukan hubungan yang signifikan antara gangguan pendengaran dengan depresi. Namun, dia mengakui bila hubungan sebab-akibat belum diketahui antara gangguan pendengaran dengan depresi.
Sementara, President and CEO of the National Council on Aging, James Firman berpendapat bila gangguan pendengaran berhubungan dengan depresi tidaklah mengherankan. Oleh karena menurutnya, orang dewasa yang mengalami gangguan pendengaran memang lebih berisiko mengalami depresi.
"Orang dengan gangguan pendengaran, terutama yang tidak menggunakan alat bantu dengar, akan merasa lebih sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik dalam situasi keluarga, lingkungan sosial atau di tempat kerja," ujar James Firman, dikutip Newsmaxhealth.
Sedangkan, Director of the Global Center for Hearing & Speech Research dari the University of South Florida, Robert Frisina telah sejak lama melihat gangguan pendengaran berhubungan dengan depresi. Dia melihat gangguan pendengaran berhubungan dengan peningkatan risiko depresi pada orang dewasa dari segala usia, tetapi paling menonjol berusia 18 hingga 69 tahun. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.