Jakarta, Penggunaan kondom ketika berhubungan seksual memang tergantung setiap pasangan. Bagi suami istri yang ingin menunda mempunyai anak, kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang bisa digunakan. Namun tak sedikit pria yang merasa tidak nyaman ketika menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Penelitian yang dilakukan oleh Public Health Service of Amsterdam mengatakan bahwa penggunaan kondom ternyata juga dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pasangan. Penelitian tersebut dilakukan kepada 2.144 pria dan wanita baik pasangan menikah ataupun bukan, di Amsterdam dari Mei hingga Agustus 2010.
Partisipan ditanya tentang kebiasaan mereka ketika melakukan hubungan, preferensi seksual, dan berapa jauh perbedaan umur antara pasangan. Tak hanya itu, para peneliti juga menanyakan tentang latar belakang kebudayaan dan pendidikan mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa 33,5 persen dari partisipan belum menikah menggunakan kondom secara reguler. Sementara hanya 14 persen dari pasangan menikah yang menggunakannya. Tak hanya itu, penelitian tersebut juga menemukan bahwa semakin sering seseorang berhubungan seks, semakin jarang pula ia menggunakan kondom.
Penggunaan kondom yang jarang juga ditemukan pada pasangan dengan latar belakang ras atau etnis yang sama. Selain itu, hampir 60 persen penggunaan kondom digunakan pada pasangan dengan usia rata-rata di bawah 25 tahun.
"Penemuan kami mengatakan bahwa semakin seseorang merasa familiar atau semakin sering ia berhubungan seks dengan orang tersebut, pengunaan kondom juga akan semakin jarang," papar Amy Matser, ketua tim penelitian seperti dilansir Reuters, (12/3/2014).
Dr Luu Ireland, dari departemen obstetrics and gynecology University of California, Los Angeles mengatakan bahwa penggunaan kondom akan semakin sering ketika seseorang merasa lebih terancam tertular penyakit. Oleh karena itulah banyak dari pasangan belum menikah dan berusia di bawah 25 tahun yang menggunakan kondom.
Meski begitu, ia menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan Matser dan rekan-rekannya dari Public Health Amsterdam tidak bisa dijadikan referensi tentang penggunaan kondom di belahan dunia lain. Salah satu alasannya adalah karena penelitian tersebut dilakukan di Belanda.
"Norma, nilai, serta latar belakang budaya tentang seks yang ada di Belanda tentunya berbeda dengan norma dan nilai tentang seks di daerah timur tengah atau Asia. Namun hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi penggunaan kondom di Eropa dan Amerika," papar Ireland.
(vta/vta)