Jakarta, Kekurangan yang dialami tidak membuat gadis ini patah arang. Ia justru memanfaatkan kekurangannya dan mengubahnya menjadi kelebihan. Kaki sering mati rasa dan terancam lumpuh, gadis ini justru bisa menjadi seorang juara lari.
Mulanya Kayla Montgomery (18) tidak bisa merasakan kakinya ketika sedang berlatih sepak bola. Pelatih menganggap mati rasa itu adalah hal yang normal. Tapi ketika kondisi itu terjadi berulang kali, pelatih menyarankannya untuk memeriksakan diri ke dokter.
Dokter menemukan lesi pada otak dan tulang belakang Montgomery. Ia didiagnosis mengalami multiple sclerosis (MS), kelainan pada pusat sistem saraf. Sinyal saraf dari kaki ke otak gadis itu terhalang sehingga kakinya sering mati rasa dan ia tak bisa merasakan sakit pada kakinya.
Saat didiagnosa dengan kondisi itu, Montgomery justru memohon pada pelatihnya untuk dilatih agar bisa berlari dengan cepat. "Saat dia didiagnosis, dia bilang, 'pelatih, saya tidak tahu berapa lama waktu yang tersisa untuk saya, jadi saya ingin bisa berlari dengan cepat. Jangan tahan saya,'" ungkap Patrick Cromwell, pelatih Montgomery.
Gadis itu tahu, hanya masalah waktu sebelum multiple sclerosis merenggut kemampuan kakinya dan ia harus selalu duduk di kursi roda. Namun, kondisi yang ia derita justru berbalik menjadi keutungan dalam bidang atletik.
Awalnya ia adalah pelari paling lambat di timnya. Saat berlari 5 kilometer, ia membutuhkan waktu 24 menit 29 detik. November lalu, kecepatannya telah meningkat dan ia hanya butuh waktu 17 menit 22 detik.
Sayang, olahraga membuat bagian bawah pingganya mati rasa. Ia harus terus bergerak dan mengalihkan pikiran ketika berlari. Jika tidak, ia akan kehilangan kendali atas tubuhnya dan terjatuh. Next
(
vit/vit)