KINI penderita kanker dan hepatitis harus bersuka ria, pasalnya saat ini sudah ditemukan kedua obat tersebut oleh peneliti perempuan Indonesia dengan harga yang lebih terjangkau.
Ya, Ratih Asmana Ningrum, wanita Indonesia penemu protein rekombinan interferon alpha2a yang sudah teruji klinis bisa mengobati kanker dan hepatitis. Diharapkan kedepan atas penemuan obat ini, Indonesia mandiri terkait pengadaan obat kanker dan hepatitis, yang sampai saat ini obat tersebut di dapat dari import.
Melalui dukungan Program L'Oreal-Unesco for Women in Science National, ia bisa membuktikan protein yang bisa membuktikan pengobatan yang tak perlu diinjeksi lagi, tapi sekarang tinggal dikonsumsi. Temuan itu pun sudah pernah diterbitkan di berbagai jurnal internasional dan nasional.
Ia mengharapkan bahwa semoga obat yang ditemukan bisa membantu kemandirian bangsa terhadap pengadaan obat kanker dan hepatitis C. Di mana rata-rata obat kanker dan hepatitis berasal dari luar negeri.
"Di Indonesia kan ketersedian obat kanker dan hepatitis sering import tuh, kita belum mampu buat sendiri, dimana sekali suntikan itu 2,2 juta, itu kan mahal. Apalagi untuk obat hepatitis harus disuntikan tiga kali dalam seminggu. Kemudian, obat kanker harus dikonsumsi setiap hari sampai batas waktu tertentu. Misalnya satu tahun. Nah, dengan ditemukan obat ini semoga bisa mandiri sehingga tidak perlu import obat lagi atau bisa mengembangkan obat lagi," kata Ratih Asmana Ningrum, salah satru Fellow FWIS Nasional 2013 dalam acara yang bertema For Women in Science National Kick Off, di Gedung D Dikti lantai 3, Senayan, Jakarta, Rabu (2/3/2014.
Menurut temuannya, ia percaya bisa mengembangkan obat kanker dan hepatitis untuk jenis hepatitis B dan C dengan harga yang murah, apalagi kedua obat penyakit ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Kemudian lanjutnya, obat ini bisa dikonsumsi dengan cara yang mudah, yakni tinggal dikonsumsi. Di mana biasanya obat kanker dan hepatitis harus disuntik. Metode yang dilakukan ialah dengan teknologi DNA rekombinan untuk menghasilkan protein rekombinan interferon alfa-2a manusia dengan menggunakan sistem ekspresi yeast atau ragi Pichia pastoris. Menurutnya, obat yang ditemukan ini sangat baik untuk untuk pengobatan kanker dan hepatitis dan mampu dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat.
"Biasanya obat kanker dan hepatitis itu kan disuntik untuk manula dan anak-anak. Bisa dibayangkan penderitaan yang dialami. Tetapi, pada obat ini saya modifikasi hingga bisa diberikan secara oral. Maksudnya, pemberian oral tidak membutuhkan alat suntik lagi, namun cukup dikonsumsi saja," terangnya.
Adapun hari ini, penemuan itu dan program L'Oreal-Unesco for Women in Science National disosialisakan bersama dengan L'Oreal dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (KNIU Kemdikbud), bekerja sama dengan Direktorat Kemdikbud Pendidikan Tinggi (DIKTI).
"Kita bersyukur bahwa di tahun ke-11 ini, program L'Oreal-Unesco for Women in Science FWIS National sudah memberikan para perempuan peneliti muda tidak hanya kesempatan untuk melakukan dan melakukan penelitian mereka. Tetapi juga membuka banyak pintu kesempatan, memperluas jaringan kerjasama mereka, baik di tingkat nasional maupun global. Dan hari ini, kami mengajak semua peneliti perempuan muda di Indonesia untuk menjadi bagian dari keluarga besar L'Oreal-Unesco for Women in Science yang selama 11 tahun berkomitmen untuk terus memberikan yang terbaik memajukan dunia penelitian di Indonesia, terutama bagi kamu perempuan," kata Melani Masriel, Head of Communications, PT L'Oreal Indonesia.
(ren)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.