Jakarta, Setiap orang tentu sangat menantikan kelahiran buah hatinya. Tetapi apa jadinya jika sudah lewat masa kehamilan 9 bulan, namun tanda-tanda melahirkan belum juga muncul? Maka proses kehamilan harus segera dihentikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah induksi.
Induksi persalinan merupakan proses persalinan yang diawali dengan tindakan atau cara tertentu, untuk menimbulkan mulainya proses persalinan atau merangsang timbulnya kontraksi pada ibu hamil yang belum memasuki tahap persalinan (inpartu).
Salah satu tindakan induksi yang bisa membantu proses persalinan normal adalah dengan, pemberian oksitosin sintetis ke dalam tubuh. Oksitosin adalah hormon pada tubuh manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi pada dinding rahim, sehingga mempermudah dalam proses persalinan.
Oksitoksin pertama kali digunakan di klinik Sir Henry Dale dan Sir Blair Bell. Oksitoksin secara umum digunakan untuk induksi persalinan atau perbaikan kontraksu uterus (rahim) dan pendarahan setelah melahirkan.
"Secara umum digunakan sebagai rangsangan pada rahim, di mana dapat digunakan pada induksi persalinan. Cara yang sering digunakan adalah lewat saluran infus, karena bisa diatur. Kalau lambat atau kurang bisa kita percepat tetesannya, atau jika terjadi penyulit dapat segera dihentikan. Keberhasilan induksi persalinan dengan oksitoksin antara 63 sampai 93 persen," kata dr Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG, M.Kes.
Hal itu disampaikan dia saat hadir dalam acara 'SOHO #BetterU: Peran Oksitoksin dalam Induksi Persalinan', di Royal Kuningan Hotel Rosewood 1 & 2, Jl. Kuningan Persada Kav.2 Setiabudi, Jakarta, Rabu (16/4/2014).
Ia menyarankan ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama induksi persalinan dilakukan. Apalagi proses induksi ini sebenarnya membutuhkan pengawasan yang ketat.
Kepada para petugas diharap untuk tidak meninggalkan pasien yang sedang menjalani induksi, serta harus selalu mengawasi agar jangan sampai terjadi uptura uteri, yaitu salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan.
Dokter atau petugas pelayanan kesehatan juga harus selalu memantau kekuatan kontraksi rahim. Jangan lupa juga untuk selalu mengamati detak jantung janin, jangan sampai terjadi kondisi gawat janin.
(vta/vta)