Jakarta, Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepribadian anak memang sangat erat. Pada pola asuh otoriter, orang tua memang mempunyai kontrol penuh terhadap seluruh keputusan anak. Padahal menurut psikolog, hal tersebut bukanlah kebiasaan yang baik.
Pakar psikologi anak Vera Itabiliana mengatakan bahwa jika orang tua terlalu memegang keputusan anak, salah satu akibatnya adalah ketergantungan yang semakin besar terhadap orang tua. Ujungnya, anak akan susah mandiri dan sulit mengambil keputusan.
"Ya bayangkan saja, mau sekolah bajunya sudah disiapin, sepatu sudah disiapin, tas sudah disiapin, tinggal pakai dan berangkat. Nantinya ketika dewasa akan sulit mandiri dan mengambil keputusan karena dari kecilnya apa-apa sudah ada yang mengurus dan menentukan," tutur Vera pada acara Misi Pahlawan Cilik Pepsodent yang diadakan di Hotel Mulia, Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Pusat, dan ditulis Rabu (1/7/2014).
Vera mengisahkan bahwa berdasarkan pengalamannya mengasuh beberapa sekolah, banyak siswa yang memiliki kesulitan menentukan pilihan berasal dari orang tua yang memiliki pola asuh otoriter. Hal itu menurutnya sangat disayangkan karena akan mempengaruhi pilihan anak soal masa depan.
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter menurut Vera hanya akan mempunyai dua karakter. Pertama, anak akan menjadi 'yes man' yang menuruti apapun permintaan yang diberikan kepadanya.
Hal ini tentunya berbahaya jika nantinya pergaulan anak di luar rumah bukanlah pergaulan yang baik. Anak akan menuruti saja apa-apa yang dilakukannya teman-temannya, sehingga risiko terkena pengaruh buruk lebih besar.
"Yang kedua, nanti anaknya malah bisa jadi rebel. Jadi pemberontak. Melawan orang tua, sering bikin ulah, yang juga ujung-ujungnya bisa terbawa ke pengaruh yang tidak baik," sambung psikolog yang praktik di Klinik Psikologi Terapan UI tersebut.
Menurut Vera, pola asuh terbaik yang dapat diberikan oleh orang tua adalah pola asuh demokratis. Anak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan keinginannya, namun masih dalam batas-batas yang jelas.
"Jadi anak diberi keleluasaan untuk memilih namun masih dalam batasan. Tegas tapi penuh kehangatan," pungkasnya.
(up/up)