Yogyakarta, Calon legislatif juga manusia. Pasti akan merasa kecewa bila keinginannya tak terpenuhi. Kalah suara dan tak terpilih sebagai wakil rakyat setelah berkorban tenaga, waktu hingga uang demi memenangkan pesta demokrasi tentu membuat mereka rentan stres bahkan depresi. Bagaimana dengan tahun ini?
Sebagian kalangan memprediksi, jumlah calon anggota legislatif (caleg) yang mengalami gangguan jiwa usai Pemilu tahun ini akan meningkat dibandingkan Pemilu 2009 yang mencapai 7.376 orang. Namun Guru Besar Psikiatri Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof Dr dr Syamsul Hadi, SpKJ (K), memiliki pandangan yang berbeda.
"Belum tentu. Kalau dia berani maju atau mencalonkan diri, saya perkirakan dia sudah siap mental. Ya ada yang sampai stres, tapi kelihatannya hanya sedikit," tandasnya ketika dihubungi detikHealth, Selasa (8/4/2014).
"Kita lihat kampanyenya lebih tenang. Kalau ada pelanggaran yang kena kan pendukung yang melanggar, bukan yang didukung. Desakan untuk transparansi, kebijakan untuk menindak caleg yang melakukan politik uang juga membuat para caleg lebih berhati-hati. Jadi mereka tak sembarangan mencalonkan diri," sambungnya.
Prof Syamsul menerangkan kalaupun ada caleg yang sampai mengalami gangguan jiwa itu wajar. Baginya, tak hanya di bidang politik, seseorang yang berkecimpung di bidang apapun pasti akan terpukul, mengalami kekecewaan dan kebingungan bila ia mengalami sesuatu yang di luar kompetensinya.
"Apalagi kalau dia berpikir ala orang dagang, hanya memikirkan untung rugi, ada kemungkinan besar ia akan mengalami stres bila hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapannya. Kecuali orangnya realistis," terangnya.
Prof Syamsul juga menyebutkan ada indikator 'khusus' yang bisa dilihat untuk menentukan apakah makin banyak caleg yang stres pasca Pemilu atau tidak.
"Asal uangnya dari mana. Jika dari kantongnya sendiri, mungkin sampai pinjam sana-sini atau nguras tabungan tentu dia akan stres. Tapi kalau ada sponsor mungkin bebannya tidak terlalu besar," katanya.
Kendati ada tekanan dari sponsor atau pihak-pihak yang membiayai pencalonan seseorang, namun menurut dokter yang juga berpraktik di RSUD Dr Moewardi Surakarta itu, hal itu tidaklah sebesar tekanan atau beban yang ditanggung caleg yang membiayai pencalonannya sendiri.
(lil/up)