Yogyakarta, Pertambahan penduduk yang pesat, kondisi geografis yang luas dan beragam tampaknya menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dalam rangka mengimplementasikan
One Health Approach. Namun ternyata masalah serupa juga dialami negara tetangganya.
"Saya lihat masalah yang dihadapi setiap negara hampir sama. Antara lain terkait manajemen, komunikasi, kultur dan kepercayaan, kepemimpinan, kolaborasi dan partnership, nilai dan etika yang dipegang serta sistem atau pola pikir masyarakatnya. Ini saya temukan juga di negara lain seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand," ungkap Dr Jeein Chung dari University Minnesota.
Dr Jeein hadir sebagai pembicara utama dalam International Symposium on One Health Approach for Health Professions Education yang digelar di East Parc Hotel Yogyakarta, Senin (14/4/2014), sebagai perwakilan dari USAID untuk memperkenalkan pendekatan One Health.
Bukan suatu kebetulan, meski memang berada dalam satu jejaring di SEAOHUN (South East Asia One Health University Network), negara-negara ini berada dalam satu regional dan dikenal memiliki kultur yang hampir serupa. Sehingga dirasa wajar bila ada kesamaan masalah, terutama yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia, seperti halnya yang dialami ketika memperkenalkan One Health Approach selama ini.
"Namun untuk mengatasinya, Anda harus cari tahu sendiri dengan memanfaatkan sumber daya yang Anda miliki sekarang," imbuhnya.
Mengamini pernyataan Dr Jeein, Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof Dr Ali Ghufron Mukti, Wakil Menteri Kesehatan RI yang juga ketua SEAOHUN ini mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya mengaplikasikan One Health Approach untuk menangani masalah kesehatan di Indonesia.
"Pertama pasti ada tantangan di lapangan, misal tidak terlalu banyak yang memahami konsep ini. Mungkin sudah ada yang menjalani tapi tidak menyadari bila itu adalah One Health Approach," tutur Prof Ali Ghufron.
Tantangan kedua bisa jadi adalah dana untuk sosialisasi One Health Approach atau mendirikan lab hidup seperti halnya yang ada di Hargotirto, Kulon Progo. Sedangkan tantangan ketiga tentu saja menjaga konsistensi atau kontinuitas program ini.
Salah satu upaya untuk mensosialisasikan itu pun diintegrasikan dalam simposium ini. Simposium sengaja digelar berbarengan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan yang kedua dari Asosiasi Pendidik Profesi Kesehatan Indonesia (AIDIPROKESI) atau asosiasi dosen dan pengajar profesi kesehatan agar mereka dapat memahami dan memperkenalkan One Health Approach ke khalayak yang lebih luas, terutama kepada mahasiswanya.
Perwakilan dari tujuh asosiasi institusi pendidikan seperti kedokteran, perawat, kebidanan, gizi dan kedokteran gigi dari penjuru Indonesia dan sejumlah negara, yaitu Malaysia dan Thailand juga tampak hadir.
(lil/vta)