Jakarta, Tak seperti usus besar dan halus yang memiliki fungsi khusus, usus buntu lebih sering menyebabkan peradangan hingga akhirnya harus dioperasi. Lantas apa sebenarnya fungsi 'organ sisa' usus buntu dalam tubuh?
Usus buntu (appendix) adalah kantong tipis seukuran 2 sampai 4 inci (5-10 cm) yang terletak di dekat persimpangan usus besar dan kecil. Namun, fungsi sebenarnya masih menjadi perdebatan di kalangan kedokteran.
"Fungsi usus buntu sampai sekarang belum diketahui pasti," jelas Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, dari Divisi Gastroenterologi, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Senin (28/4/2014).
Sesuai namanya, usus buntu merupakan umbai kecil yang buntu, yang terletak di perut bagian kanan bawah dan berbatasan dengan usus besar dan kecil. Menurut dr Ari, secara anatomi usus buntu tidak memiliki fungsi.
Namun sebuah penelitian yang dilakukan di Duke University Medical Center pada tahun 2007 diklaim telah membuka tabir misteri fungsi usus buntu. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa usus buntu memiliki alasan untuk tetap ada di tubuh manusia, yaitu sebagai 'rumah aman' untuk bakteri menguntungkan yang hidup di usus manusia.
Tapi dr Ari punya pendapat sendiri. Menurutnya, usus buntu tak sama dengan tonsil yang memang telah diketahui memiliki kelenjar pertahanan dan berfungsi untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
"(Usus buntu) beda, dia kantong doang. Kalau tonsil iya ada kelenjar pertahanan. Secara umum di usus kan memang menjadi tempat bakteri baik, tidak hanya di usus buntu," papar dokter kelahiran Jakarta, 19 Juni 1966 ini.
dr Ari menjelaskan ada atau tidak ada usus buntu tidak akan berpengaruh pada kesehatan tubuh. Justru bila kekebalan tubuh sedang menurun, usus buntu bisa meradang dan menyebabkan nyeri hebat di bagian perut. Karena itu, ada beberapa pasien yang sengaja meminta usus buntunya diangkat sebelum meradang.
"Misal dia sedang operasi (bukan operasi usus buntu), karena perutnya sudah dibuka ya sekalian aja usus buntunya minta diangkat, jadi dia nggak berisiko kena radang usus buntu. Di bidang medis, jika pasien bersedia maka diperbolehkan," sambung dr Ari.
(mer/vit)