Jakarta, Jauh dari pasangan membuat beberapa orang mengandalkan sextoys sebagai penyalur libido. Memang lebih aman dari infeksi ketimbang gonta-ganti pasangan, tapi ada kekhawatiran alat ini bisa mengubah bentuk kelamin. Waduh, benarkah?
Pada kelamin perempuan, dildo yang terlalu besar dianggap bisa membuat liang vagina menjadi lebih longgar. Demikian juga vibrator yang terlalu sering digesek-gesekkan, dikhawatirkan bisa membuat labia atau bibir vagina kendur dan menggelambir.
Laki-laki pun punya ketakutan yang sama. Menggesek-gesekkan alat kelamin pada benda tertentu, baik boneka seks maupun objek lainnya termasuk tangan sendiri, dikhawatirkan bisa memicu jaringan parut yang membuat bentuk penis bengkok. Padahal, dokter mengatakan ada risiko lain yang lebih masuk akal.
"Sebenarnya kalau mengubah bentuk sih tidak juga ya, yang jelas mengurangi sensitivitas yang lama-lama bisa menjadi resisten, lalu elastisitasnya juga bisa berkurang," kata kata dr Ricky Susanto, M.Kes, SpOG dari RS Bethsaida Serpong, seperti ditulis Rabu (26/3/2014).
Berkurangnya sensitivitas lebih disebabkan oleh faktor psikologis, bukan semata-mata oleh penggunaan sex toys. Karena sex toys digunakan untuk masturbasi alias swalayan, maka umumnya seseorang akan melakukannya sambil berfantasi. Fantasi inilah yang akan membuat sensitivitas seksual berkurang.
"Fantasi-fantasi yang terlalu sering nantinya juga bisa membuat lama-lama jadi tidak sensitif lagi," jelas dr Ricky.
Hingga batas tertentu, penggunaan sex toys untuk memberikan variasi dalam kehidupan seksual dianggap wajar oleh sebagian dokter. Yang penting, kegiatan tersebut, dan juga fantasi-fantasi yang menyertainya, tidak sampai membentuk obesesi yang mengganggu kehidupan nyata.
"Selama tidak obsesif tidak mengganggu kesehatan. Jadi kalau sampai mengganggu, maka dianggap mereka ada gangguan. Tapi kalau tidak obsesif ya tidak apa-apa," jelas dr Nugroho Setiawan, SpAnd dari RSUP Fatmawati.
(up/vta)