Pages

Minggu, 11 Mei 2014

health.detik
Detik.com sindikasi 
Build an Online Store

Over 80,000 ecommerce brands trust Shopify. Get started with a 14 day free trial.
From our sponsors
Turun Berat Badan Instan dengan Fad Diet, Hati-hati Bobot Naik Lagi
May 11th 2014, 08:03

Jakarta, Meskipun saat ini sudah mulai banyak ragam jenis diet yang diklaim bisa menurunkan berat badan secara singkat, namun sebaiknya Anda tetap memilih dan menentukan jenis diet yang tepat. Jika tidak, bukan tidak mungkin justru menimbulkan risiko lain terhadap kesehatan tubuh.

Fad diet merupakan diet yang menganjurkan seseorang untuk menghilangkan salah satu jenis makanan atau nutrisi tertentu dalam penyusunan menu sehari-hari. Biasanya diet ini dilakukan dengan program jangka pendek yang fokus pada pemangkasan jumlah kalori tertentu.

"Biasanya diet ini menjanjikan ada perubahan berat badan secara signifikan dalam waktu singkat dan instan," ungkap Mochamad Aldis Ruslialdi, SKM, Nutrition and Health Education Executive dari Nutrifood Research Centre, kepada detikHealth dan ditulis pada Minggu (11/5/2014)

Faktanya fad diet atau diet instan ini memang bisa membuat seseorang cepat langsing, tapi sayangnya diet ini juga mudah membuat mereka menjadi gemuk lagi. Bahkan menurut Aldis bisa membuat orang yang sudah langsing tersebut menjadi lebih gemuk daripada sebelum berdiet. "Efeknya seperti yoyo diet, cepat langsing dan cepat gemuk lagi," lanjutnya.

Tak dipungkiri menurunkan berat badan yang sehat setidaknya 0,5-1,5 kg per pekan atau secara bertahap. Jika dilakukan secara instan atau bobot yang turun melebihi jumlah tersebut, maka fad diet yang Anda lakukan bisa dikatakan sudah tak sehat. Lantas mengapa bobot seseorang yang sudah turun bisa cepat naik kembali?

"Biasanya karena kurang asupan kalori. Orang kan butuh kalori untuk beraktivitas, nah kalau dia berlapar-lapar atau sengaja puasa terlalu lama, maka kalori yang masuk terserapnya sedikit dan metabolismenya bisa rusak. Jadi pas kemudian dia makan secara normal, nutrisinya tak terserap dan disimpan tubuh dalam bentuk lemak," papar Aldis.

Selain itu bisa juga karena stres. Mereka yang terlalu terobsesi dengan berat badan kerap meluapkan stresnya juga pada makanan sebagai bentuk pelampiasan. Menurut Aldis ini adalah hal yang wajar karena stres memicu hormon yang kemudian berefek juga pada nafsu makan.

"Bisa juga karena terjebak produk low fat claim, seperti produk non-kolesterol. Kadang kolesterolnya nol tapi untuk dongkrak rasa enak biasanya nanti jadi tinggi di komposisi garam atau gula," tutur Aldis.

(ajg/vit)

Ingin Mendapatkan Rp 500,000 dari detikHealth ? Ceritakan Pengalaman Dietmu di Sini

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
150453_dietaneh.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions