Pages

Minggu, 13 Juli 2014

health.detik
Detik.com sindikasi 
Simple & Affordable SMS!

Text messages have a 95% open rate within 5 minutes. Over 50,000 businesses, non-profits, and groups rely on Ez Texting for their SMS marketing. Sign up free today!
From our sponsors
Otak Pecandu Seks Sama Aktifnya dengan Pecandu Obat Terlarang
Jul 13th 2014, 01:54

Cambridge, Inggris, Sampai detik ini masih banyak yang belum percaya apakah ada orang-orang yang bisa kecanduan pada perilaku seksual tertentu misal menonton film porno. Untuk memastikannya, para ilmuwan pun mencoba 'membongkar' dan mempelajari kondisi otak beberapa orang.

Tim peneliti dari University of Cambridge melakukan scan otak dengan fMRI (functional magnetic resonance imaging) pada 19 pria. Enam di antaranya terobsesi menonton video porno hingga mempengaruhi kehidupan dan mengabaikan pekerjaannya.

fMRI digunakan peneliti untuk mengamati perubahan aktivitas otak yang disebabkan oleh kebiasaan menonton video porno. Kemudian otak orang-orang ini dibandingkan dengan otak orang yang mengidap perilaku seksual kompulsif serta orang sehat.

Di akhir studi ditemukan ada tiga bagian otak yang mengalami peningkatan aktivitas saat kesemua partisipan diminta menonton video porno, yakni ventral striatum, dorsal anterior cingulate dan amygdala. Ini persis dengan yang terjadi pada otak pecandu obat-obatan.

"Bisa dikatakan ini studi pertama yang berhasil membongkar otak orang-orang yang punya perilaku seks melebihi normal seperti ini, tapi kita belum bisa memastikan apakah itu kecanduan atau bukan," ujar peneliti, Dr Valerie Voon seperti dikutip dari BBC, Minggu (13/7/2014).

Dr Voon belum bisa memastikan apakah karena ada peningkatan aktivitas di otak lantas orang-orang ini jadi kecanduan seks atau perilaku ini adalah semata efek dari pornografi itu sendiri.

Temuan ini juga diamini Dr John Williams, kepala divisi ilmu saraf dan kesehatan mental dan yayasan Wellcome Trust.

"Sejauh ini kebiasaan seperti menonton konten porno secara berlebihan, kebanyakan makan, tak bisa berhenti berjudi itu masih tergolong sebagai perilaku kompulsif. Namun studi yang dilakukan Dr Voon setidaknya mendorong kita untuk mencari tahu, mengapa kita cenderung mengulangi perilaku yang jelas-jelas berpotensi merusak mental kita," katanya.

Di sisi lain, Dr Williams berharap bila studi tersebut ditindaklanjuti, bisa jadi para ilmuwan akan menemukan bagaimana cara terbaik untuk menanggulangi tak hanya kecanduan seks, melainkan juga kecanduan obat-obatan atau gangguan makan sekalipun.

"Termasuk kapan kita bisa mengintervensi mereka sehingga siklusnya bisa diputus di tengah jalan," tutupnya.

(lil/up)

Ingin Mendapatkan Rp 500,000 dari detikHealth ? Ceritakan Pengalaman Dietmu di Sini

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
085459_otaklab.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions