Yogyakarta, Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses di masa depan. Untuk itu, orang tua berupaya menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik. Uang sekolah yang mahal kadang tak terlalu dirisaukan. Bahkan anak pun sampai bersekolah di luar negeri. Agar anak sukses saat dewasa, haruskah sekolah tinggi-tinggi?
Belum lagi aneka masalah di sekolah yang belakangan ini menjadi perhatian. Misalnya saja kasus pelecehan seksual kepada bocah TK di Jakarta International School. Ada pula dugaan pelecehan seksual oleh guru kepada siswinya. Belum lagi kasus bullying dan kekerasan yang dilakukan sesama siswa, yang bahkan berakhir dengan hilangnya nyawa. Hal itu seolah mempersuram dunia pendidikan di Tanah Air.
"Pendidikan formal tetap penting. Kalau menurut saya sejauh pendidikan formalnya itu dilakukan dengan benar, ya tetap signifikan dan (hasilnya) tetap bagus (bagi anak)," ujar guru besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Amitya Kumara, M.S., P.Si dalam perbincangan dengan detikHealth beberapa waktu lalu dan ditulis pada Jumat (9/5/2014).
Dituturkan Prof Amitya, di Indonesia saat ini pendidikan formal memang masih tetap penting lantaran masih diakuinya ijazah. Ijazah itu pun diperlukan untuk jenjang pendidikan berikutnya. Meskipun memang seiring berjalannya waktu, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk memiliki kemampuan tertentu.
"Tuntutannya tidak harus ijazah yang tinggi. SMA pun bisa bekerja, misalnya jika menguasai IT. Kan untuk menguasai IT bisa belajar sendiri, dengan baca-baca. Misalnya pemrograman, kan anak sekarang cepat mempelajarinya," sambung penulis buku 'Kesulitan Berbahasa pada Anak, Deteksi Dini, dan Penanganannya' ini.
Sekolah tinggi memang bukan jaminan kesuksesan seseorang. Bahkan dengan bersekolah di luar negeri tidak serta-merta membuat masa depan seorang anak terang benderang. Sebab bagaimanapun, motivasi berperan di sini. Di beberapa kasus, orang-orang tanpa pendidikan formal yang memadai bisa mereguk sukses. Namun setelah sukses, mereka toh berupaya memberikan pendidikan formal terbaik bagi anak-anaknya.
"Salah satu penentunya motivasi, jadi tidak terkait dengan pendidikan. Itu lebih terkait bagaimana memotivasi diri. Intinya pada dasarnya mau mendapat pendidikan formal, mau pendidikan nonformal, itu ujung-ujungnya adalah bagaimana membangun suatu komitmen, membangun kemampuan determind your self, kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri mau menjadi seperti apa, misalnya untuk hidup mandiri," tutur Prof Amitya.
Nah, pembaca bagaimana dengan Anda? Yuk kirim pendapat maupun kisah Anda terkait hubungan pendidikan formal dan kesuksesan ke redaksi@detikHealth.com
(vit/vit)