Jakarta, Untuk mendukung proses perkembangan kecerdasan anak, para orang tua harus memberikan stimulus yang cukup kepada buah hati. Stimulasi merupakan usaha orang tua atau keluarga untuk memberikan rangsangan sejak dini kepada anak, dengan cara yang menyenangkan dan penuh dengan kasih sayang.
"Stimulasi berupa kegiatan untuk merangsang anak agar mencapai keterampilan yang optimal pada aspek fisik motorik, kognitif, dan sosial-emosional. Diharapkan keterampilan dari aspek tersebut bisa berkembang sejalan," kata psikolog Rini Hildayani, S.Psi., M.Si, saat hadir dalam acara talk show Lactogen 4 'My First Achievement', di Giggle The Fun Factory, FX Sudirman, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, dan ditulis pada Senin (28/4/2014).
Ada satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan orang tua, dalam pemberian stimuli pada anak, yaitu milestone untuk setiap perkembangan anak. Milestone adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada usia tertentu.
"Misalnya kalau di dalam perkembangan fisik motorik, dari perkembangan segi artistik anak umur 3 tahun sudah bisa membuat coretan yang membentuk lingkaran misalnya. Pada usia 4 tahun sudah bisa membuah beberapa gambar utuh misalnya rumah atau pohon. Kalau dari motorik lain beberapa aspek kemandirian sudah dapat terlihat misalnya memakai baju, menaik turunkan resleting, lalu pada usia 4 tahun sudah bisa memakai baju sendiri," jelas psikolog yang juga mengajar di Universitas Indonesia ini.
Anak pada usia pra sekolah akan optimal jika diberikan rangsangan motorik dan bahasa sesuai dengan fase tumbuh kembang anak. Ia pun menganjurkan kepada para orang tua, untuk melakukan stimulasi yang sesuai dengan usia anak. Maka dari itu penting bagi orang tua untuk mengetahui milestone perkembangan anak, agar bisa memberikan stimuli yang sesuai.
"Penting untuk tahu milestone perkembangan anak, supaya ketika memberikan stimulasi tidak terlalu tinggi tapi tidak terlalu rendah juga. Kalau yang kita berikan ternyata anak sudah menguasai, maka lama-lama motivasinya akan turun. Kalau kita memberikan stimulasi terlalu tinggi, anak bisa frustasi sehingga merasa kelelahan," terang Rini Hildayani.
(vit/vit)