Jakarta, Keinginan untuk berdiet hingga akhirnya mengalami gangguan makan demi mendapatkan tubuh ideal lebih sering dilakukan oleh kaum hawa. Padahal pria pun kerap mengalami gangguan ini. Nah, 'tradisi' inilah yang kemudian membuat pria tak mau 'blak-blakan' dan jadi sulit didiagnosis.
Terbukti, sebuah studi yang dilakukan di Inggris mengungkapkan bahwa pria usia muda yang mengalami gangguan makan seringkali tak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang sesuai. Hal ini tak lain karena munculnya persepsi gangguan makan sebagai 'penyakit wanita'.
Peneliti dari University of Oxford dan University of Glasgow membuktikan teori ini dengan mewawancarai 39 orang muda berusia 16-25 tahun, termasuk di antaranya 10 orang pria. Mereka ditanyakan mengenai pengalaman mereka terhadap diagnosis, pengobatan dan dukungan saat mengalami gangguan makan.
Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa pria muda dengan gangguan makan tak didiagnosis dan diobati sebagaimana mestinya. Kondisi ini mungkin disebabkan karena orang-orang itu sendiri tidak menyadari gejala dari gangguan makan, yang termasuk di antaranya tidak mau makan selama berhari-hari atau terobsesi menghitung kalori, yang berujung pada anoreksia dan bulimia nervosa.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pria pun bisa mengalami masalah gangguan makan, bahkan kondisinya lebih berbahaya karena mereka tak mau mengakui. Ini karena faktor budaya yang terus mengaitkan gangguan makan sebagai masalah wanita," papar peneliti dari studi ini, Dr Ulla Raisanen dan Dr Kate Hunt, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (12/4/2014).
Oleh sebab itu, dokter, tenaga kesehatan lain dan tenaga profesional seperti guru memiliki peran penting dalam 'mengangkat' isu bahwa pria yang mengalami gangguan makan juga memiliki hak untuk terdiagnosis tanpa kesalahpahaman dari stigma yang mengakar.
"Dan pria itu sendiri harus menumbuhkan keberanian untuk berbicara dengan seseorang dan memberitahu mereka apa yang dialami," Dr Raisanen menambahkan.
(ajg/vit)