Jakarta, Ketika berada di sekolah, remaja bisa saja mengalami bullying dari teman-temannya. Hal ini pun berlaku bagi remaja dengan spektrum autistik (remaja SA). Apalagi, ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah inklusi, bukan di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Dikatakan psikolog Dr Adriana Ginanjar M.S, bullying di sekolah kebanyakan adalah bullying verbal dan sosial. Dengan banyaknya sekolah inklusi yang memberi kesempatan pada remaja SA untuk bergaul dengan teman sebaya, mereka memang jadi senang bertemu teman baru.
"Tapi banyak sekolah yang belum siap terhadap risiko bullying yang dialami remaja dengan autisme. Padahal interaksi remaja spektrum autistik dengan teman sebaya di sekolah bisa jadi salah satu sumber stres dan traumatik karena adanya gaya komunikasi yang berbeda," papar Adriana di sela-sela Seminar Memperjuangkan Advokasi Penyandang Autisme di Indonesia di Kantor Kemenkes, Jl.HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (14/4/2014).
Interaksi remaja SA bisa membuat trauma karena bullying yang mereka alami bisa berupa ejekan, ancaman, pemaksaan untuk memberi uang, dan kekerasan fisik. Nah, dijelaskan Adriana berikut ini tipe-tipe bullying yang seringkali dialami remaja SA:
1. Bullying Fisik
Bullying tipe ini sangat terlihat. Sehingga, guru atau teman bisa langsung mengambil tindakan. Bentuknya bisa berupa pukulan, atau ditendang. Tak jarang, awalnya remaja digoda sampai ia marah dan berontak, tapi justru ia yang dianggap menjadi pelaku bullying ini.
"Yang sering terjadi pada remaja SA adalah dijegal terus dia jatuh lalu ditertawai. Dijegal ini sering terjadi pada anak laki-laki," kata Adriana.
2. Bullying Verbal
Kekerasan berupa kata atau kalimat yang menyakiti. Bullying ini sering tidak terdeteksi dan tidak dianggap serius oleh orang tua atau guru di sekolah. "Mereka tidak dipukul, ditampar, tapi efeknya sangat dalam bagi psikis remaja," ujar Adriana.Next
(
rdn/vta)