Jakarta, Seorang perempuan di Berlin, Jerman nyaris tidak diterima masuk polwan. Di pengadilan, keinginannya dikabulkan dengan alasan bahwa implan payudara tidak lebih berbahaya dibanding payudara asli dengan ukuran yang sama.
Awalnya, perempuan yang tidak disebutkan namanya itu ditolak karena kedapatan memakai implan payudara dari silikon. Kepolisian menilai implan tersebut akan membahayakannya saat mengenakan rompi antipeluru, sebab tekanannya bisa memicu fibrosis atau gangguan kesehatan lainnya.
Meski begitu, pengadilan di Berlin akhirnya memutuskan bahwa perempuan itu bisa bergabung. Hakim menilai implan payudara tidak lebih berbahaya dibanding payudara asli dengan ukuran yang sama. Artinya, sama-sama memberikan tekanan di bagian dada.
Dikutip dari Dailymail, Rabu (5/2/2014), ini bukan pertama kalinya kepolisian Jerman bermasalah dengan payudara palsu. Desember tahun lalu, seorang dokter di kepolisian North Rhine-Westphalia memaksa seorang polwan melepas bra untuk memeriksa adanya implan payudara.
Dokter tersebut melakukan pemeriksaan rutin 5 tahunan untuk mengetahui kebugaran para polisi untuk mengemudi. Namun jika ada juga pemeriksaan implan payudara, kepolisian menyebutnya cukup masuk akal sebab benda tersebut bisa mengalami kerusakan saat bertugas.
"Saat seseorang meremasnya di jalanan," kata Stephen Hegger, juru bicara kepolisian pada saat itu, ketika menjelaskan risiko pecahnya implan payudara.
Menurut The Local, Kementerian Dalam Negeri telah menyatakan bahwa meraba payudara perempuan untuk mendeteksi implan tidak tepat. Petugas tidak diperbolehkan memaksa polwan melepas bra saat melakukan pemeriksaan.
(up/vit)