TEMPO.CO, Jakarta - Masih rajin 'berpromosi' bahwa sayur bayam yang Anda sajikan pada balita Anda akan membuatnya sekeren Popeye? Berhentilah melakukan 'kebodohan' ini, saran sebuah penelitian.
Peneliti dari University of Chicago menemukan mengapa balita enggan mengonsumsi sayuran atau buah ketika mereka diberitahu makanan itu akan membuat mereka lebih pintar. Mereka percaya pada makanan ini, rasa akan dikorbankan.
Michal Maimaran dan Ayelet Fishbach yang memimpin penelitian menyatakan anak adalah penyimpul yang cepat. "Anak-anak menyimpulkan dari pesan yang menyebut jika makanan tertentu baik untuk satu tujuan, maka tidak bisa menjadi sarana yang baik untuk mencapai tujuan yang lain," katanya.
Dengan demikian, kata mereka, jika makanan yang disajikan diberi label sebagai membuat mereka kuat, anak-anak akan menyimpulkan makanan itu tidak enak. "Mereka cenderung mengonsumsi lebih sedikit. Sebaliknya jika Anda melabeli makanan ini sebagai lezat dan tanpa pesan lain yang menyertai, mereka akan mengonsumsi dengan lahap," katanya.
Untuk menguji hipotesis ini, Maimaran dan Fishbach melakukan tes pada balita di Evanston, Illinois. Caranya, anak-anak ini disajikan dua dongeng tentang seorang bocah bernama Tara yang senang makanan kudapan renyah Wheat Thins.
Ada dua variasi cerita, satu berfokus pada manfaat kesehatan dari makanan itu dan yang lain dengan tidak ada pesan sama sekali. Dalam cerita pertama, makanan itu dilabel sebagai membuat tubuh menjadi kuat, sehat, dan energik, dengan menunjuk pada otot-otot lengannya.
Hasilnya, anak-anak yang diberi dongeng tentang Wheat Thins sebagai makanan yang menyehatkan hanya memakan sedikit saja. Sebaliknya, pada anak-anak yang diberi dongeng tanpa embel-embel 'menyehatkan' justru mengudap makanan itu dalam jumlah lebih banyak.
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang menemukan anak-anak usia sembilan sampai 11 tahun lebih memilih minuman yang dilabel hanya sebagai 'minuman' saja ketibang yang dilabel sebagai 'minuman kesehatan baru'.
Hasil penelitian mereka akan diterbitkan dalam Journal of Consumer Research musim gugur ini.
MAIL ONLINE | INDAH P
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.