Zoya Amirin (Foto: Feri Usmawan/Okezone) ISTILAH fake orgasm atau berpura-pura mencapai klimaks saat hubungan seks merupakan hal paling menyebalkan bagi pasangan. Orang yang melakukan fake orgasm biasanya bertujuan menyenangkan pasangannya agar tidak kecewa.
Menanggapi hal tersebut, psikolog sekaligus pakar seks terkemuka di Indonesia, Zoya Amirin menilai orang yang melakukan fake orgasm seperti berpura-pura sudah kenyang padahal masih lapar. Fake orgasm sebetulnya sangat merugikan. Saran Zoya, lebih baik tidak berpura-pura orgasme.
"Saya rasa tujuan baik mereka itu sebenarnya bagus, tetapi kenapa sih harus melakukan itu. Kalau fake orgasm itu seperti orang yang sedang lapar, tapi pura-pura kenyang, itu kan menyiksa," terangnya kepada Okezone di Gedung HighEnd, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Pakar seks cantik ini menambahkan, saat pasangan mengetahui pasangannya melakukan fake orgasm, dia akan hancur hatinya dan kepercayaan dirinya untuk melakukan seks akan menurun.
"Dia jadi kurang percaya diri kalau ingin bercinta lagi. Pastinya dia merasa kurang berhasil membuat pasangannya puas. Walaupun pasangannya bertujuan baik dengan melakukan fake orgasm. Kalau bisa janganlah melakukan itu," sarannya.
Zoya mengimbau kepada para pasangan pernikahan di Indonesia untuk berani jujur dan mencari tahu apa yang disukai pasangan, misalnya foreplay-nya agak diberi waktu yang lama, agar mendapatkan orgasme yang bisa memberi kenikmatan kedua belah pihak.
"Kadang pria sudah 'keluar' duluan. Padahal, wanita belum mencapai klimaks atau orgasme. Coba deh pakai foreplay yang lama rangsang, dia tidak akan memberi Anda fake orgasm," tutupnya.
(tty)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.