DELUSI untuk bunuh diri merupakan efek ekstrem penyakit gangguan bipolar (GB), dimana kerap menghilangkan nyawa seseorang. Oleh karenanya, para orangtua harus menjaga betul anak yang mengalami GB, terutama saat episode depresi.
Hal itu seperti disarankan dr. AAA Agung Kusumawardhani, SpKJ (K) selaku ahli ganguan jiwa, psikiatri sekaligus Kepala Departemen Psikiatri RS. Cipto Mangunkusumo.
Dia menjelaskan bahwa bisikan-bisikan untuk bunuh diri yang suka muncul di pikiran penderita gangguan bipolar dan menelan banyak korban pada usia dewasa, sudah bisa muncul pada penderita gangguan bipolar usia remaja. Menurutnya, para orangtua harus waspada bila anak penderita bipolar sedang di fase depresi. Tujuannya, agar ia tak melukai diri sendiri ataupun melakukan upaya bunuh diri.
"Ya, delusi untuk bunuh diri sudah ada pada usia remaja. Jadi, kalau penderita gangguan bipolar sudah masuk fase depresi, dimana ia sudah tidak semangat, pesimis, bahkan merasa hidupnya tak berguna lagi. Pada kondisi itulah ide suicide muncul pada remaja," katanya saat ditemui secara eksklusif kepada Okezone di Gedung Departemen Psikiatri RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, baru-baru ini.
Ditambahkannya, bila anak mengalami fase depresi yang lebih berat ketimbang episode depresi biasanya, para orangtua disarankan harus lebih waspada, karena kondisi itu kemungkinan besar memunculkan bisikan-bisikan dalam pikirannya untuk melakukan bunuh diri.
Bila kondisi itu sedang terjadi pada anak kita, mau tidak mau ia harus meminum obat untuk menetralisir mood-nya, dan dukungan keluarga harus ditingkatkan. Pasalnya, kedua upaya itu bisa mencegah mereka untuk melakukan hal yang membuat nyawanya terancam. (ind)