Zoya Amirin (Foto : Feri Usmawan/Okezone) KEPUTUSAN melepas masa lajang harus dengan pikiran yang jernih dan jauh ke depan. Jangan sampai usia pernikahan baru seumur biji jagung, karena hal sepele mudah mengungkapkan kata "cerai".
Zoya Amirin selaku psikolog dan pakar seks menyarankan untuk menunggu selama lebih dari 18 bulan. Pasalnya, selama 18 bulan tersebut orang yang sedang jatuh cinta masuk dalam fase passionate alias bergairah dengan cinta yang dimilikinya.
"Baru pacaran enam bulan, mau married? Yakin? Coba deh dipikirkan lebih matang lagi. Soalnya, selama 18 bulan orang yang jatuh cinta itu masih mengedepankan hawa nafsu dan gairah, tunggu deh reaksinya setelah 18 bulan, apakah masih sayang atau hambar perasaannya, baru memutuskan untuk menikah," jelasnya kepada Okezone di Gedung HighEnd, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Selanjutnya, Zoya juga menyarankan kepada seluruh pasangan yang hendak menikah untuk memikirkan masa depan, bukan sekadar nafsu saja. Hal ini didasari untuk menekan angka perceraian yang belakangan ini meningkat.
Selain itu, kesiapan fisik dan mental perlu dipertimbangkan, agar saat membina rumah tangga salah satu dari pasangan tidak merasa dikecewakan dan memilih jalur perceraian untuk mengatasi permasalahan.
"Mental, fisik, finansial, dan hati juga wajib dipersiapkan, siap tidak kalau suami tidur ngorok, apakah istri siap melihat suami merokok. Hal-hal kecil seperti itu harus menjadi dasar pemikiran sebelum menikah. Jangan hanya kedepankan nafsu saja. Ingat, pernikahan yang sah secara hukum dan agama bukan semata-mata pelegalan seksualitas," tutupnya.
(tty)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.