Copenhagen, Denmark, Ada sebagian orang yang bisa sembuh dari depresi dengan terapi, ada yang pulih hanya dengan meminum antidepresan. Namun ada juga yang tak bisa sembuh meski sudah mencoba berbagai cara. Untuk itu, peneliti dari Denmark menciptakan helm khusus.
Bentuknya sekilas tidak seperti helm. Yang ada hanyalah semacam karet yang pas bila dipasangkan di kepala dan ditempeli 'benjolan' yang berisi kumparan. Kumparan-kumparan itu dapat mengirimkan Transcranial Pulsating Electro Magnetic Fields (T-PEMF) atau impuls elektromagnetik ke jaringan otak.
Menurut penciptanya, Profesor Steen Dissing dari Faculty of Health Science, Copenhagen University, karena adanya kumparan-kumparan itu, helm ini dapat menirukan proses pengiriman sinyal elektrik yang ada di dalam otak sehingga memicu mekanisme tubuh agar dapat memulihkan dirinya sendiri.
Kemudian untuk mengetahui efektivitasnya, alat ini diujicobakan pada 65 pasien yang resisten terhadap pengobatan tradisional. 34 pasien memakai helm ini selama 1,5 jam satu kali dalam sehari, sedangkan 31 pasien lainnya mendapatkan dua dosis T-PEMF masing-masing selama 30 menit.
Uji coba digelar di Department of Cellular and Molecular Medicine, Copenhagen University dan Psychiatric Centre, Hillerod, North Zealand. Akan tetapi tiap pasien tetap diminta mengonsumsi obat antidepresan mereka secara rutin selama delapan minggu ujicoba.
Ternyata di akhir studi dua-pertiga pasien mengaku gejala depresinya hilang, bahkan perubahan mood sudah langsung terlihat jelas pada sejumlah pasien hanya dalam kurun satu minggu saja. "Kami kira ini bekerja dengan baik karena kami berhasil mengimitasi proses pengiriman sinyal listrik yang berlangsung dalam otak," terang Prof Dissing.
Helm ini juga diklaim memberikan manfaat tambahan, yaitu meningkatkan toleransi pasien terhadap obat-obatan anti-depresi. "Namun karena impulsnya sangat kecil, pasien takkan merasakan adanya sensasi. Dan satu-satunya efek samping yang mereka alami sejauh ini adalah sedikit mual, itu pun jarang terjadi dan biasanya langsung hilang setelah pengobatan selesai dilakukan," imbuh Prof Dissing seperti dikutip dari BBC, Jumat (9/5/2014).
Setidaknya Dr Raj Persaud mengatakan helm ini jauh lebih efektif ketimbang harus mengonsumsi antidepresan. "Apalagi bagi wanita yang sedang hamil dan menyusui biasanya ogah minum antidepresan, jadi mereka tentu lebih bisa menerima alternatif helm ini," kata psikiater dari Inggris itu.
(
lil/vit)