JUMLAH dokter di Indonesia sebenarnya sangat banyak. Namun, ketika berbicara dokter spesialis, seperti onkolog, ketersediannya ternyata masih minim.
Hal ini diakui oleh dr Henry Naland, Sp.B-Onk, spesialis bedah onkologi RS Omni Pulomas. Menurutnya, jumlah onkolog di Indonesia memang masih sangat sedikit. Bahkan, sebagian diantaranya berada di Jakarta. Karena itu, masyarakat yang berada di daerah cukup sulit untuk mendapatkan pelayanan dari seorang onkolog.
"Kalau surgical mungkin di bawah 200 orang, masih sangat sedikit. Dari 200 itu sepertiganya ada di Jakarta. Kira-kira 20-30 dari mereka ada di kota besar lain, tapi di kabupaten belum ada. Untuk medical oncolog juga belum banyak, presentasi mungkin sekitar 250 orang," katanya kepada Okezone ketika ditemui di RS Omni Pulomas, Jakarta, belum lama ini.
Lebih lanjut, minimnya onkolog disebabkan pendidikan yang harus dilalui cukup lama. "Pendidikan onkologi itu lama, harus jadi dokter umum dulu. Ambil S1 spesialis bidang bedah lalu melanjutkan 2-3 tahun di bedah onkologi," terangnya.
Meski begitu, minimnya jumlah onkolog sebenarnya tidak terjadi di Indonesia. Pasalnya, menurut dr Henry, jumlah onkolog di dunia juga tidak banyak.
"Bukan cuma di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Tapi mungkin di luar negeri lebih baik, kalau di kita (Indonesia-red) sangat minim," tutup dokter yang meraih spesialisasi onkologi saat menginjak usia 44 tahun ini. (fik)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.