Jakarta, Banyak masalah yang dapat menggangu kualitas hidup wanita. Mulai dari masalah nyeri haid yang dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari, hingga masalah di bidang uroginekologi, seperti prolaps organ panggul (POP).
POP merupakan masalah kesehatan wanita yang umum terjadi dan sangat mengganggu. Penanganan POP ini memerlukan biaya yang sangat tinggi. Kasus penderita POP disebutkan meningkat seiring usia harapan hidup wanita yang juga meningkat.
Dr. M.S. Nadir Chan, SpOG(K), dokter spesialis uroginekologi di RSIA YKP Mandiri, Jakarta Pusat, mengungkap bahwa jumlah wanita yang menderita POP di Indonesia cukuplah tinggi.
"Pada tahun 2010, jumlah wanita yang mengidap POP di Indonesia sebanyak 166 ribu. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlahnya bisa meningkat menjadi hampir 250 ribu," tutur dokter yang akrab disapa Dr. Nadir saat ditemui pada acara Seremonial dan Press Conference Pembukaan Klinik Uroginekologi RSIA YPK MANDIRI yang dilangsungkan di Graha Mandiri, Jl. Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (23/3/2014).
Dr. Nadir mengungkapkan sebanyak 50% perempuan yang telah melahirkan memiliki risiko mengalami POP. Data dari RS Cipto Mangunkusomo (RCSM) Jakarta menyebutkan setiap tahunnya terdapat 47 hingga 67 kasus operasi POP.
"Setelah bebas dari kelahiran, wanita itu besar sekali risikonya mengalami kerusakan dasar panggul, hingga akhirnya mengalami prolaps," ujar Dr. dr. Budi Imam Santoso, SpOG(K) pada saat ditemui di acara yang sama.
Menurut Dr. Budi, banyak faktor yang menyebabkan adanya kemungkinan peningkatan kasus POP di Indonesia. Maka tidak heran apabila pada tahun 2030 nanti, operasi POP akan naik hampir 2 kali lipat.
Dr. Budi menyarankan bagi para wanita untuk memerhatikan kemungkinan ini. Untuk itulah diperlukan perhatian terhadap faktor risiko yang ada.
"Walaupun POP tidak mematikan, tapi masalah ini akan menurunkan kualitas hidup wanita, termasuk menimbulkan masalah pada kandung kemih hingga disfungsi seksual," tandasnya.
(vit/up)