Jakarta, Peringatan bahaya rokok telah dicantumkan dalam setiap bungkus rokok dan segala bentuk promosi rokok, mulai dari pariwara di layar kaca hingga baliho di tepi jalan. Peringatan-peringatan tersebut dimaksudkan agar masyarakat menghindari konsumsi rokok. Tapi, bagaimana realitas yang terjadi di Indonesia?
Telah tercantum dengan jelas bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin. Bahkan kini peringatan baru telah terpampang jelas, 'rokok membunuhmu'.
Memang, mayoritas masyarakat Indonesia telah menyadari bahaya rokok. "Sebanyak 86 persen orang dewasa di Indonesia menyadari bahaya merokok bagi kesehatan dan dapat menyebabkan penyakit serius." Demikian menurut temuan Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada tahun 2012.
Meskipun demikian, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dihelat oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), proporsi perokok di Indonesia masih sebanyak 29,3%. Sedangkan rata-rata jumlah rokok yang diisap oleh penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas adalah 12,3 batang per orang per hari, atau setara dengan satu bungkus rokok.
Padahal rokok dapat memicu berbagai penyakit berbahaya. Salah satu yang paling ditakuti adalah kanker.
"Rokok itu secara langsung dapat memicu kanker karena tiga hal. Pertama, karena rokok itu karsinogen, jadi dia dapat memicu DNA dalam sel-sel untuk bermutasi dan menjadi kanker. Kedua, rokok itu toksik, banyak mengandung racun. Ketiga, rokok itu adiktif, jadi orang yang kecanduan sulit berhenti merokok," kata dr Sita Andarini, PhD,SpP, spesialis kanker paru di RSUP Persahabatan, kepada detikHealth, seperti ditulis pada Jumat (28/3/2014).
Riset dengan responden sejumlah 835.285 orang yang tersebar di 33 provinsi dan 497 kabupaten itu menyimpulkan bahwa provinsi dengan jumlah konsumsi rokok terbanyak adalah Bangka Belitung, disusul oleh Kalimantan Selatan dan Riau. Jumlah rata-rata rokok yang dihirup per orang per hari di provinsi tersebut adalah 18,3; 16,7; dan 16,5 batang.
Risiko gangguan kesehatan akan semakin meningkat seiring pertambahan usia. Yang patut disayangkan, perokok aktif setiap hari justru didominasi penduduk berusia 30-34 tahun, dengan proporsi 33,4 persen. Dengan kata lain, tiada hari yang dilewati tanpa menyesap sebatang rokok. Kalangan itu didominasi oleh mereka yang bermatapencaharian sebagai petani, nelayan, atau buruh.
Sumber: Hasil Riskesdas 2013
(vit/vit)