Jakarta, Trauma identik dengan pengalaman masa lalu yang tak menyenangkan seperti kekerasan atau sakit hati yang luar biasa. Namun, pada wanita trauma juga bisa terjadi setelah melahirkan, di mana proses persalinan terasa menyulitkan bagi ibu.
Dikatakan dokter spesialis kandungan dr Ted Weaver, trauma pasca melahirkan kerap dianggap dengan depresi setelah melahirkan. Padahal, trauma biasanya terjadi ketika ibu ketakutan saat mengingat pengalamannya melahirkan atau sengaja menghindari hal-hal yang membuatnya ingat dengan proses persalinan.
"Biasanya kondisi ini terjadi ketika melahirkan wanita merasa tertekan dan ia tidak mendapat dukungan yang baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan. Sehingga, bersalin akan terasa menyakitkan dan menyiksa baginya," tutur dr Weaver seperti dikutip dari ABC Australia, Senin (7/7/2014).
Pemicu utama kondisi ini disebutkan dr Weaver seperti prosedur caesar darurat dan tidak terduga sebelumnya, terutama jika direkomendasikan oleh dokter yang biasa menangani si ibu. Pemberian anestesi dalam keadaan ibu sudah kesakitan pun bisa memicu trauma ini.
Selain itu, pemikiran ibu terkait proses kelahiran yang ideal juga bisa membuat trauma muncul setelah melahirkan. Pasalnya, apa yang dibayangkan ibu mungkin saja tidak sesuai dengan kenyataan yang ia alami.
Untuk menghindari trauma pasca melahirkan, dr Weaver menyarankan para wanita untuk membicarakan segala sesuatunya dengan tenaga medis dan keluarga terutama suami. Pendampingan keluarga pun dirasa dr Weaver sangat memegang peranan penting.
"Dengan kehadiran orang yang dipercayai ibu, akan menghindarinya dari perasaan terbuang, diacuhkan dan tidak diperhatikan. Dukungan dari keluarga sangat penting supaya ibu bisa menghadapi proses persalinan dengan lebih yakin dan percaya diri," imbuh presiden Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists ini.
(rdn/up)