Liputan6.com, New York Sebuah mesin bisa membaca mimpi seseorang ketika sedang tidur. Mesin tersebut diciptakan ilmuwan dari Amerika Serikat. Menurut peneliti, mesin tersebut begitu kuat sehingga bisa menampilkan gambar dari otak seseorang di layar.
Data dari pemindai otak digunakan untuk mendeteksi dan merekonstruksi gambar wajah orang yang dipikirkan. Para peneliti percaya, teknologi yang sama juga bisa digunakan di masa depan untuk merekonstruksi gambar dari ingatan, imajinasi, dan mimpi seseorang.
Seperti dilansir Foxnews, Senin (19/5/2014), mesin tersebut kemungkinan bisa juga digunakan untuk mengumpulkan gambar kejahatan dari pikiran saksi.
"Metode kami menghasilkan rekonstruksi akurat wajah dari saraf," Alan Cowen, seorang Neuroscientist dari University of California, Berkeley. Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal NeuroImage .
Pada penelitian tersebut, enam relawan menampilkan 300 wajah ketika mereka discanner dengan MRI. Kemudian ilmuwan menganalisa bagaimana otak merespons puluhan fitur wajah yang berbeda, termasuk rambut pirang dan mata biru hingga kulit gelap dan berjenggot.
Penelitian ini didasarkan pada teori bahwa semua proses yang dilalui manusia berhubungan dengan saraf dan pikiran serta perasaan hanyalah pola kompleks dari reaksi kimia.
Rekonstruksi tidak didasarkan pada gambar yang sebenarnya , tetapi pada bagaimana gambar dirasakan oleh otak subjek. Jika orang autis melihat wajah berbeda, perbedaan akan muncul dalam rekonstruksi pemindaian otak.
Pembacaan otak ini tak bagus untuk menentukan jenis kelamin dan warna rambut. Sekitar dua per tiga dari rekonstruksi secara jelas mendeteksi jenis kelamin dan hanya setengahnya yang mendapatkan gambar warna rambut dengan benar.
Cowen dan rekan-rekannya, Brice Kuhl dari New York University dan Profesor Marvin Chun dari Yale , meyakini bahwa mengekstraksi gambar wajah adalah langkah pertama untuk menghasilkan teknologi canggih yang membaca pikiran.
Cowen meyakinkan publik bahwa teknologi tak memungkinkan mereka memaksa mengambil informasi dari subyek. "Teknologi ini hanya bisa membaca bagian aktif dari otak. Jadi Anda tidak bisa membaca kenangan pasif - Anda harus membuat orang membayangkan memori untuk membacanya," kata Cowen.
(Gabriel Abdi Susanto) ;
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.