TEMPO.CO, Jakarta - Warga di sekitar wilayah Gunung Kelud atau daerah yang diguyur hujan abu dan debu vulkanik sebaiknya mewaspadai gejala penyakit akibat tersebarnya debu yang bisa membahayakan jiwa. Banyaknya debu yang terhirup bisa menimbulkan gejala penyakit pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), asma, atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). (Baca : Debu Vulkanik Picu Sakit Pernapasan Kronik)
"Karena itu, bila sudah mengalami gejala seperti sesak napas, tenggorokkan gatal, atau asma yang kambuh, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit karena itu merupakan gejala-gejala penyakit pernapasan seperti ISPA, asma atau PPOK," kata dokter spesialis penyakit paru-paru dari Rumah Sakit Umum Persahabatan, Mukhtar Ikhsan Sp.P(K) MARS, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat, 14 Februari 2014.
Bila debu vulkanik masuk ke dalam paru-paru dan daya tahan tubuh sedang tidak baik, tubuh seseorang dapat mengalami infeksi. Orang tersebut akan mengalami panas tinggi dan demam. "Kalau sudah seperti itu, biasanya sudah ada infeksi," kata Mukhtar. Guna mengurangi efek paparan debu vulkanik yang berbahaya bagi pernapasan, Mukhtar menyarankan korban bencana gunung meletus rajin mengkonsumsi anti-oksidan.
"Seperti buah dan sayur, misalnya wortel," kata Mukhtar. Namun bila buah dan sayur yang ada di wilayah bencana juga tercemar debu vulkanik, warga korban gunung meletus sebaiknya rajin mengkonsumsi vitamin. Sebab, menurut Mukhtar, sejumlah vitamin mengandung zat anti-oksidan, seperti vitamin E dan vitamin B.
Material debu vulkanik dari letusan gunung berapi adalah pasir kuarsa, atau SiO2. Material ini adalah merupakan racun atau oksidan. Bentuk pasir kuarsa hasil letusan gunung berapi tidak bulat layaknya debu biasa. Di bawah mikroskop, pasir kuarsa itu tampak berujung runcing. Material ini tentunya bisa melukai saluran pernapasan, mata, bahkan kulit.
CHETA NILAWATY
Terpopuler :
Letusan Gunung Kelud Terdengar sampai Yogya
Kilat dan Petir Warnai Hujan Abu Gunung Kelud