Stres paska berhenti kerja (Foto: shine) SAAT ini, banyak perempuan yang tinggal di kota-kota besar menunjukkan eksistensinya melalui karir profesional. Keberhasilan dalam memeroleh pendapatan pribadi yang diterima setiap bulannya merupakan bentuk kebanggaan sekaligus identitas pribadi yang mandiri.
Namun, hal tersebut seringkali tidak dapat bertahan lama ketika perempuan terikat dalam pernikahan. Lambat laun, mereka akan diminta pertanggungjawabannya dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Nah, bila keputusan untuk berhenti kerja bukan datang dari keinginan pribadi, maka keresahan dan stres yang justru sering muncul. Lantas, bagaimana cara menghalau stres tersebut? Apa saja perubahan kondisi yang harus dihadapi?
Menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi, hampir 70 persen wanita ingin berhenti kerja karena konflik peran menjadi ibu, juga karena adanya pengaruh dari keluarga besar yang mempertanyakan perannya sebagai istri. Selain itu, tidak adanya dukungan dari pasangan juga menjadi penyebab perempuan memilih untuk berhenti kerja.
"Ada riset yang mengatakan bahwa perempuan berkarir itu merasa paling sejahtera dan bahagia secara emosional ketika ia memeroleh dukungan dari pasangannya. Jadi, suami tidak hanya membolehkan istri bekerja, tapi ia juga rela berbagi peran dengan istrinya. Misal, ketika istri masih mengerjakan 'PR' dari kantornya, suami mau turun tangan mengurus buah hati. Bisa dengan membuatkan makanan atau menemani anak bermain. Kadang, melewati fase hamil dan melahirkan pun bisa dijadikan alasan perempuan resign dari kantornya," ungkap Vera.
Sebenarnya, hal yang memicu stres pasca berhenti kerja adalah perubahan situasi dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Misalnya, selama 8 jam si ibu biasa berada di kantor dengan segudang aktivitas dan setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan. Kini, si ibu harus berbalik mengurus rumah dan anak seharian penuh. Jika Anda bukan termasuk orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, tentu ini dapat memicu stres. Namun, stres ini tidak akan menjadi besar ketika berhenti kerja adalah pilihan Anda sendiri tanpa tekanan dari manapun.
"Perempuan cenderung akan lebih bahagia baik saat bekerja maupun tidak, ketika keputusannya untuk menjadi ibu rumah tangga atau mama berkarir adalah pilihannya sendiri," tutup Vera.
(ren)