Jakarta, Terapi hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormon digunakan kapten sekaligus striker tim nasional Argentina, Lionel Messi, untuk mengatasi gangguan hormon pertumbuhannya. Pada umur 11 tahun, tinggi badannya hanya 127 cm.
Akan tetapi berkat terapi hormon yang dibiayai klub Barcelona, Messi akhirnya bisa mendapat tinggi badan normal untuk orang Argentina. Sayangnya, banyak dokter dan pengamat olahraga profesional menganggap bahwa pengobatan yang dilakukan Barcelona kepada Messi tersebut masih kontroversial dan butuh penelitian lebih lanjut.
Salah satunya adalah dr Michael Triangto, SpKO, dari RS Mitra Kemayoran. Menurut dr Michael, penggunaan hormon tersebut berbahaya karena dapat membuat hormon tidak bisa diproduksi secara alami oleh tubuh.
"Jadi ketika ada hormon tambahan masuk ke tubuh, tubuh akan terbiasa. Sehingga mau tidak mau akan menyerap hormon tersebut, dan menghentikan proses pembuatan hormon secara alami yang dilakukan tubuh," ungkap dr Michael ketika dihubungi detikHealth, Senin (14/7/2014).
Dijelaskan dr Michael bahwa karena sudah terbiasa dengan asupan yang masuk ke tubuh, maka hormon tersebut secara otomatis akan terserap oleh tubuh. Tentunya hormon tersebut akan berfungsi sesuai tujuannya, yakni menambah tinggi badan serta mempesar tulang-tulang lainnya.
Masalahnya, tubuh akan setop memproduksi hormon yang sama. Sehingga jika pemberian hormon secara eksternal dihentikan, bisa-bisa malah tubuh tidak siap dan menimbulkan risiko penyakit lain.
Selain menghentikan produksi hormon secara normal, pemberian terapi hormon eksternal juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kelebihan hormon. Akibatnya, orang tersebut akan mengalami kelainan yang disebut sebagai Gigantisme.
"Kelebihan hormon bisa juga. Kalau tubuh tetap memproduksi hormon tapi kita masukkan lagi hormon dari luar, nanti malah bisa gigantisme, badannya tinggi besar, tapi merupakan kelainan," sambungnya lagi.
Beruntung Messi tidak mengalami kelainan tersebut karena memang ia mempunyai kelainan lain yakni kekurangan hormon pertumbuhan. Namun sekali lagi dengan tegas dr Michael mengatakan bahwa penggunaan hormon pertumbuhan harus terlebih dulu menjalani pemeriksaan.
"Diperiksa dulu apakah memang hormonnya kurang, atau ada gangguan di kelenjar pituitary gland. Pokoknya kalau bisa dihindari karena nanti hormon natural dari tubuh nggak bisa diproduksi," pungkasnya.
(up/up)