Essex, Rambut merupakan mahkota bagi kaum hawa, sehingga keberadaannya akan selalu dijaga agar tetap tampak indah. Namun hal ini rupanya tak berlaku bagi Rebecca Brown (21). Mengidap kelainan langka, ia justru kerap mencabut-cabut rambutnya sendiri hingga botak.
Ya, Brown mengalami kelainan yang disebut trikotilomania. Gangguan langka ini membuatnya secara tak sadar justru senang mencabuti rambutnya sendiri untuk mendapatkan rasa nyaman. Kondisi ini semakin parah ketika ia sedang stres atau marah. Ia bahkan pernah mengalami kebotakan di usianya yang masih 16 tahun.
Dokter sempat gagal mendiagnosisnya ketika Brown masih berusia 13 tahun, padahal di usia tersebut kebiasaan anehnya dimulai. Tak tahu kondisi apa yang sedang dialaminya, Brown pun kerap menjadi sasaran empuk ejekan teman-teman sekolahnya.
Merasa kesepian dan sendirian, di usia 14 tahun Brown mulai rutin selfie setiap hari, menceritakan pengalamannya di blog dan memposting foto-foto selfie-nya tersebut di situs YouTube melalui akun pribadinya, Beckie0.
Dalam salah satu video unggahannya, diperlihatkan perubahan rambutnya selama 6,5 tahun terakhir melalui kurang lebih 2.100 foto selfie. Video berdurasi 4,5 menit ini menmperlihatkan bagaimana Brown mengalami depresi berat dan jarang tersenyum. Hebatnya, video unggahannya ini justru menarik perhatian banyak orang. Kejujuran dan keberaniannya menghadapi penyakit tersebut membuatnya menjadi kisah yang menginspirasi.
Melalui video unggahannya tersebut, Brown dianggap telah menjadi pahlawan bagi ribuan penderita trikotilomania lainnya. Trikotilomania adalah gangguan yang ditandai oleh adanya dorongan tak terkendali untuk mencabut rambut, mulai dari rambut di kulit kepala, kadang-kadang juga alis dan bulu mata.
"Sebagian orang mengatakan trikotilomania adalah hasil dari trauma masa kecil, tapi bagi saya kebiasaan untuk menarik rambut justru membuat saya nyaman. Saya sering melakukannya ketika stres atau marah," ungkap Brown dalam akun blognya, trichjournal.tumblr.com, dan ditulis pada Kamis (17/7/2014).
Brown percaya, tindakannya untuk memposting video di YouTube tersebut telah membantu proses pemulihan dirinya.
(ajg/rdn)