Jakarta, Puasa adalah bagian dari kewajiban beribadah, namun tak sedikit pula yang mengharapkan manfaat lebih yakni menurunkan berat badan. Namun ada kalanya mereka harus kecewa, sebab tidak semua orang menjadi lebih kurus saat puasa.
Rita Ramayulis, DCN, MKes, pakar gizi dari Poltekkes II Jakarta mengatakan bahwa pada dasarnya puasa tidak begitu saja langsung menurunkan berat badan. Jika yang berubah hanya pola makan sedangkan total asupannya masih sama, maka tidak ada pengaruhnya pada berat badan.
"Dari beberapa riset yang kita lakukan, yang sesungguhnya terjadi memang tidak ada perbedaan bermakna antara berat badan sebelum dan sesudah puasa," jelas Rita kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (2/7/2014).
Kalaupun ada yang lebih kurus setelah puasa, menurut Rita hal itu terjadi karena asupan kalorinya memang dikurangi. Sedangkan yang berat badannya justru meningkat setelah puasa biasanya banyak mengonsumsi gorengan dan makanan manis saat sahur dan berbuka.
Selain itu, pola tidur juga mempengaruhi perubahan berat badan saat puasa. Jika selama puasa seseorang lebih banyak tidur dengan alasan supaya lebih kuat menahan lapar, maka orang tersebut cenderung akan lebih gemuk di akhir bulan Ramadan.
"Banyak tidur, sedikit sekali energi yang keluar sehingga berisiko juga terhadap kegemukan atau peningkatan berat badan," tambah Rita.
Leona Victoria Djajadi, BSc, MND, ahli gizi lulusan University of Sydney menegaskan bahwa naik turunnya berat badan tergantung balancing atau perbandingan jumlah kalori yang keluar dan masuk. Jika seimbang, seharusnya berat badan tidak terpengaruh.
"Kalau berat badan naik itu kemungkinannya bisa 2. Pertama, makannya tetap tapi jadi lebih banyak istirahat. Atau kedua, makannya menjadi lebih banyak daripada biasanya," jelas Leona.
(up/ajg)