London, Banyak yang mengira wanita atau para calon ibulah yang paling tertekan ketika kandungannya mengalami keguguran di bulan-bulan pertama kehamilan. Padahal suaminya bisa jadi jauh lebih merana.
Hal ini didasarkan pada hasil riset Miscarriage Association Inggris dan University College London dengan menanyai langsung 186 responden pria yang istrinya pernah mengalami keguguran. Peneliti ingin tahu bagaimana cara mereka menghadapi tragedi ini.
Yang mereka temukan adalah ketika istri mengalami keguguran, para suami tampak tak sanggup mengutarakan seluruh perasaan kehilangan mereka. Jumlah responden yang merasakan hal ini mencapai 46 persen. 22 persen lainnya mengaku tak mau membicarakan hal ini sama sekali, mungkin karena saking tertekannya.
Alasan terbesar yang dikemukakan responden adalah mereka takut akan membuat istrinya bersedih. Bagaimana dengan dampak keguguran terhadap pekerjaan responden? Hampir separuh responden mengaku kejadian ini mempengaruhi kinerja mereka. Bahkan 47 persen lainnya mengaku mengalami gangguan tidur karenanya.
Di sisi lain, kurangnya dukungan dari penyedia fasilitas kesehatan pasca keguguran kerapkali 'membelenggu' pasangan sehingga mereka merasa terisolir dan tak dipedulikan.
Satu dari lima pasangan merasa diacuhkan oleh staf medis, dan satu dari tiga pasangan mengaku tak diberi informasi yang memadai tentang apa yang terjadi pada mereka.
Padahal cukup dengan menjadi teman bicara bagi para pria ini, mungkin beban mereka akan sedikit berkurang. Seperti halnya yang dialami Mahdi Hassan. Pria yang berprofesi sebagai supir bis ini mengaku ingin menenangkan istrinya yang keguguran di minggu ke-16. Tapi ternyata ia sendiri butuh sandaran.Next
(
lil/up)
