Aktivis lingkungan mengusung tong sampah besar di sepanjang Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (31/1). Mereka mengajak masyarakat peduli pada penyelamatan planet Bumi dengan membiasakan mempergunakan produk daur ulang sampah. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan. Karena sampah jenis ini memerlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai kembali ke bumi.
Saat ini berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah.
Sementara berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13 persen dari jumlah itu berupa sampah plastik.
Dari seluruh sampah yang ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman sampah plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai hampir 100 meter.
Saat ini rata-rata orang Indonesia menghasilkan sampah 0,5 kg dan 13 persen di antaranya adalah plastik. Sampah plastik menduduki peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah.
"Dari waktu ke waktu, penggunaannya meningkat secara signifikan jauh melampaui penggunaan bungkus berbahan kertas. Efisiensi dan kepraktisan plastik dibanding kertas menjadi salah satu alasannya. Karena butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun agar bisa terurai, maka plastik dianggap sebagai bahan yang sangat merusak lingkungan,"kata Ketua Umum Indonesia Solid Waste Association (InSWA) Sri Bebassari.
Kata Sri, kampanye 3R – Reduce, Reuse, dan Recycle - memang sebuah langkah positif serta berdampak nyata baik bagi pengurangan sampah plastik.