PERSELINGKUHAN memang kerap terjadi dalam suatu pernikahan maupun suatu hubungan pacaran.
Banyak faktor mengapa seseorang melakukan perselingkuhan. Rasa ketidakpuasan dan percekcokan menjadi salah satu momok seseorang melakukan perselingkuhan.
Potensi perselingkuhan memang tidak melulu kecenderungan dialami oleh pria, kemungkinan wanita pun bisa melakukan perselingkuhan.
Seperti kabar yang menghebohkan di dunia selebriti, Nia Daniarti yang menggugat cerai Farhat Abbas. Pria yang sering membuat ulah kontroversial ini diduga memiliki wanita idaman lain (WIL), selain Nia Daniati.
Pelantun "gelas-gelas kaca" ini akhirnya memutuskan untuk menyudahi pernikahan dengan suami yang telah dinikahkan 12 tahun lalu, di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Menurut Psikolog Tika Wibisono, Perselingkuhan tidak bisa diukur melalui gender.
"Enggak ada kaitannya dengan gender. Kita enggak bisa bilang kalau pria sering selingkuh dibanding wanita. Memang pria hidup diluar dan istri di rumah. Namun tidak bisa diukur kalau pria potensi untuk bisa selingkuh," ungkap Tika ketika dihubungi oleh Okezone, baru baru ini.
Menurut Tika, seiring perkembangan tehnologi canggih, seseorang bisa dengan mudah untuk mencari celah berselingkuh. "Menjadi ibu rumah tangga juga bisa saja selingkuh misalnya berhubungan lewat dunia maya," bebernya.
Tidak hanya melalui gadget seseorang dapat selingkuh, tapi melihat kasus Nia-Farhat perselingkuhan terjadi karena minimnya self kontrol, self regulation dan self police untuk diri sendiri.
Sehingga mereka yang berselingkuh, tergolong orang yang tidak hanya menyakiti istri atau suaminya, namun juga ana-anaknya. Karena anak akan belajar atau menjadi role model orangtuanya yang kerap selingkuh.
"Dosa besar karena itu menyakiti anak-anaknya. Bisa jadi anak-anaknya membenci orang tuanya," pungkasnya.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.