BERDASARKAN data dari Globocan 2012, sekitar 53 juta perempuan di Indonesia berisiko mengidap kanker serviks. Namun, sebagian besar perempuan memiliki kekhawatiran untuk melakukan pemeriksaan rutin deteksi dini kanker serviks karena takut atau malu.
Hal inilah yang menurut dokter spesialis Obstetri Ginekologi Sub Onkologi, Dr. Andi Darma Putra menyebabkan kanker serviks di Indonesia tetap tinggi. Sementara, Dr. Andi mengatakan bahwa untuk mendeteksi kanker serviks dapat melalui pap smear dan Inspeksi Visual Asetat (IVA).
Tetapi, Dr. Andi mengungkapkan bahwa kini di berbagai negara telah mengaplikasikan metode baru, yaitu menggunakan teknologi pengambilan sampel cairan serviks sendiri atau self sampling. Metode self sampling dikatakan oleh Dr. Andi merupakan solusi untuk para wanita yang memiliki kekhawatiran melakukan deteksi dini kanker serviks.
"Melalui metode self sampling, wanita dapat melakukan pengambilan sampel cairan serviks sendiri di rumah, sehingga memudahkan dokter dalam menganjurkan pasien untu melakukan pemeriksaan awal dalam kanker serviks,"ujar Dr. Andi pada acara seminar Awan Kanker Serviks SOHO Global Medika di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat 14 Februari 2014.
Lebih lanjut, Dr. Andi menjelaskan bila metode self sampling bertujuan untuk mengambil sampel Human Papilloma Virus (HPV) DNA. Menurutnya, metode ini dilakukan tanpa perlu menggunakan spekulum dan sikat yang bagi sebagian besar wanita prosesnya sangat menyakitkan.
"Hampir 100 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV. Tes HPV sangat penting untuk deteksi dini kanker serviks, karena umumnya penderita tidak sadar dirinya sudah mengidap kanker serviks,"tandasnya. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.