Jakarta, Salah satu penyebab mahalnya biaya pengobatan kanker adalah kurangnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini. Sayangnya, tidak semua asuransi mau menjamin biaya untuk deteksi dini yang sebenarnya lebih murah.
"Di sini (Indonesia), deteksi dini tidak ada yang nanggung," keluh dr Walta Gautama, SpB(K)Onk, Kepala Unit Deteksi Dini Kanker RS Dharmais dalam peringatan Hari Kanker Sedunia yang digelar Kalbe Farma di Putri Duyung Ancol, Minggu (9/2/2014).
Padahal menurut dr Walta, asuransi-asuransi di luar negeri kebanyakan justru mewajibkan dan tentunya menggratiskan deteksi dini kanker. Jika seseorang terkena kanker, maka yang pertama kali dilihat adalah riwayatnyan kapan terakhir kali melakukan deteksi dini.
"Kalau ternyata nggak pernah deteksi dini, asuransi nggak mau nanggung. Di sini, harus kena kanker dulu baru ditanggung. Kan terbalik, jadinya mahal," lanjut dr Walta.
Menurut statistik, lebih dari 30 persen bisa diterapi dengan baik jika terdeteksi sejak dini. Sayangnya, sebagian besar pasien datang dalam kondisi sudah terlanjur parah, termasuk di RS Kanker Dharmais.
"Hanya sekitar 40 persen yang datang pada stadium 1 atau 2. Sisanya, 60 persen datang sudah stadium 3 dan 4," tambah dr Walta.
Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, pemerintah menjamin bahwa deteksi dini kanker payudara dan leher rahim atau serviks ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jenis pemeriksaan yang ditanggung pun beragam, mulai dari yang paling sederhana yakni Inspeksi Asam Asetat (IVA), papsmear, hingga cryoterapi.
(
up/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.