Kehadiran ayah idealnya tidak sekadar fisik (Foto: scienceofrelationships) SEORANG ayah juga diperlukan secara psikologis, terutama untuk tumbuh kembang sang buah hati. Sahabat Ayah hadir untuk menyosialisasikan hal tersebut.
Sahabat Ayah merupakan lembaga independen untuk gerakan keayahan. Tiga orang pengurus lembaga Sahabat Ayah, yaitu Irwan Rinaldi dan Bendri Jaisyurrahman selaku pendiri, serta Yully Purwanti Nugroho selaku humas, sudah merintis gerakan sosialisasi peran ayah dalam pengasuhan sejak 1993.
Pada 2009, melalui Sahabat Ayah hingga sekarang, mereka berjuang menyuarakan peran ayah dalam pengasuhan untuk tumbuh kembang anak. Tidak mudah bagi mereka untuk memberi pengertian hal tersebut. Pasalnya, kultur masyarakat Asia, pengasuhan anak cenderung diserahkan penuh kepada seorang ibu (motherhood). (Baca: Prinsip Utama Didik Anak Laki-Laki)
Gerakan Sahabat Ayah juga difokuskan ke daerah-daerah pelosok di Indonesia. Ini karena di sana banyak ayah yang tercerabut kerja di luar atau jauh dari keluarga sehingga mereka meninggalkan anak dan istrinya tanpa bekal. Mereka tidak mempunyai akses dan pengetahuan yang cukup tentang pengasuhan dari ayah.
Beberapa daerah yang pernah didatangi, seperti NTT, NTB, dan Maluku Utara. Selain itu, untuk di Jakarta dan sekitarnya, Sahabat Ayah juga pernah melakukan penyuluhan mengenai pentingnya peran ayah pada kelas menengah dan menengah-bawah, seperti para pekerja kantoran, tukang ojek, dan supir taksi. (Baca: Konsep Utama Didik Anak Perempuan)
Sahabat Ayah juga menerbitkan beberapa buku panduan, salah satunya karya Irwan Rinaldi berjudul Yang Harus Ayah Sibuk Lakukan Pagi, Siang, dan Malam Hari. "Kita juga mendukung gerakan bunda untuk keayahan melalui lembaga Bunda Untuk Kehidupan. Tujuannya, mengajak para bunda untuk memberikan ruang yang cukup bagi ayah karena ayah memiliki dua tantangan dalam pengasuhan, yaitu waktu dan how to-nya. Ayah tidak bisa menjadi hebat sendirian. Tidak ada superdad jika tidak ada supermom di belakangnya, begitupun sebaliknya," kata Yully. (ftr)