Jakarta, Setelah usia enam bulan, si kecil sudah mulai diberi makanan pendamping ASI atau MP-ASI. Nah, ketika berusia delapan bulan, anak sudah bisa diperkenalkan dengan makanan kasar atau makanan yang dijadikan menu keluarga. Namun, patut diperhatikan jika ada riwayat alergi di keluarga.
Seperti penuturan pakar tumbuh kembang anak dr Soedjatmiko SpA(K), jika ada riwayat alergi lebih baik tunda pemberian makanan yang sering menimbulkan reaksi alergi. Misalnya saja putih telur, ikan laut, kacang tanah, dan susu sapi sesudah usia satu tahun.
"Kalau anak sudah terbukti alergi, sebaiknya tunda pemberian putih telur setelah usia 2 tahun, kacang tanah, ikan laut, dan kerang-kerangan setelah usia 3 tahun," kata dr Miko seperti dikutip dari buku karangannya berjudul 'Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang Optimal, Kreatif, dan Cerdas Multipel', Jumat (1/8/2014).
Pemberian makanan kasar menurut dr Miko bisa dimulai dengan tepung berasa taua tepung kacang hijau yang dicampur dengan air atau ASI. Nah, ketika si kecil sudah boleh mengonsumsi protein, baiknya pilihlah sumbe rpritein yang paling jarang menimbulkan reaksi alergi.
"Biasanya protein yang jarang menimbulkan reaksi alergi yaitu yang berasal dari unggas atau sapi dan protein nabati dari kacang-kacangan, misalnya kacang merah," lanjut dokter yang praktik di RS Cipto Mangunkusumo ini.
Ketika bayi alergi atau intoleran terhadap makanan tertentu, akan timbul beberapa gejala seperti mencret, perut kembung, kotoran bayi lebih cair, dan lebih sering buang air besar daripada biasanya. Ia juga lebih rewel karena merasa tidak nyaman pada perutnya akibat kembung atau mulas. Kemudian, dapat timbul gatal, biduran, atau eksim pada kulit. Lalu, apa yang harus dilakukan bila bayi alergi terhadap makanan?
"Segera hentikan pemberian makanan itu. Guna menyakinkan makanan itu yang membuat alergi, bisa dicoba diberikan lagi selang beberapa hari. Kalau timbul gejala yang sama berarti kemungkinan besar makanan itu yang bikin alergi," tegas dr Miko.
Saat timbul gejala alergi terutama diare, dr Miko menekankan tetap teruskan pemberian ASI. Jangan lupa juga memberi oralit sebanyak 100 ml tiap si kecil diare atau muntah. Jika gejala makin parah maka segeralah membawa si kecil ke rumah sakit.
(rdn/up)